Sabtu, 11 Oktober 2025

🌌 Menyelaraskan Diri dengan Hukum Semesta: Panduan Ringan agar Hidup Tak Seperti Motor Ngebul

Ada orang yang hidupnya selalu “berat sebelah”. Badannya sehat, tapi hatinya sesak. Ada pula yang rajin ikut pengajian, tapi lupa olahraga — akhirnya imannya kuat, tapi lututnya lemah. Keseimbangan, rupanya, bukan cuma urusan yoga atau diet, tapi juga urusan spiritual dan takdir.

Allah, Sang Maha Pencipta, sudah membuat sistem alam semesta yang rapi — bahkan lebih rapi dari jadwal upload YouTuber motivasi. Dari peredaran planet sampai perbandingan kadar garam dalam darah, semua diatur presisi. Begitu satu unsur miring sedikit saja, tubuh langsung protes. Tapi anehnya, kalau hati sudah miring — misalnya miring ke iri, dengki, atau komentar pedas di media sosial — kita malah santai aja, seolah itu bagian dari “gaya hidup digital”.

Padahal, hati juga butuh gizi. Kalau tubuh perlu nasi dan sayur, maka hati perlu zikir dan sabar. Jangan heran kalau hidup terasa hambar — bisa jadi bukan karena kurang micin, tapi karena kurang syukur. Allah sudah kasih “menu lengkap” lewat Asmaul Husna: ada As-Sabur buat yang lagi macet, Al-Fattah buat yang lagi buntu, dan Ar-Razzaq buat yang dompetnya tipis tapi gengsinya tebal.

Namun sayangnya, banyak dari kita sibuk kejar rezeki tapi lupa maknanya. Kita kejar uang, tapi lupa menenangkan hati. Jadinya seperti mesin motor yang mesinnya kinclong tapi bannya kempes — kelihatan gagah, tapi nggak bisa jalan jauh. Dan begitu jiwa mulai aus, kita malah isi dengan keluhan dan prasangka buruk. Ibarat motor mogok tapi masih dipaksa ngebut, yang keluar bukan kecepatan, tapi asap dan drama.

Allah sebenarnya sudah kasih petunjuk: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28). Tapi banyak yang baca ayat itu cuma saat lomba MTQ — begitu lomba selesai, zikirnya ikut cuti tahunan.

Manusia sering ingin melawan hukum alam, padahal hasilnya pasti kocak. Contohnya, mencoba makan lewat telinga atau selfie pakai kamera belakang — usaha keras tapi tak sesuai fungsi. Begitulah kira-kira orang yang hidupnya melawan takdir: capek sendiri, hasil nihil.

Jadi, sebelum hidup kita terasa seperti WiFi lemah tapi penuh notifikasi, mari kita sinkronkan lagi antara lahir dan batin. Raga diberi makanan halal dan bergizi, jiwa diberi iman dan akhlak mulia. Kalau dua-duanya seimbang, insyaAllah hidup tak lagi seperti motor ngebul — tapi seperti kendaraan rohani yang mesinnya halus, bannya kuat, dan GPS-nya selalu mengarah ke surga. πŸš€

abah-arul.blogspot.com., Oktober 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.