Kamis, 09 Oktober 2025

☕ "Einstein, Curie, dan Surat Anti-Gosip Abad ke-20"

Kalau kamu pikir gosip selebritas itu baru ramai sejak ada infotainment dan media sosial, coba tengok tahun 1911. Di masa itu belum ada Instagram, tapi sudah ada skandal trending topic—dan korbannya bukan artis Korea, melainkan Marie Curie, peraih dua Nobel, ibu dua anak, dan, ya, orang yang bikin kita paham apa itu radium (yang sayangnya juga bikin tubuhnya ikut bersinar).

Jadi ceritanya begini: media Prancis waktu itu heboh memberitakan kabar bahwa Curie punya hubungan dengan rekan ilmuwannya, Paul Langevin. Dunia sains gempar. Tapi bukan karena teori baru—melainkan karena “drama ilmiah” ini dianggap lebih menarik dari jurnal fisika.

Di tengah hiruk-pikuk itu, muncul pahlawan tak terduga: Albert Einstein, yang rupanya bukan hanya ahli teori relativitas, tapi juga ahli teori relasi antar manusia yang diserang gosip. Ia menulis surat untuk Curie dengan semangat anti-drama mode on.

Isi suratnya? Luar biasa. Einstein menasihati Curie agar tidak ambil pusing dengan “reptil-reptil” alias para penyebar gosip. Ya, Einstein tidak main-main dengan metafora—bayangkan kalau sekarang dia hidup, mungkin dia akan menulis di Twitter:

“Ignore the snakes. Focus on your science. πŸ§ͺ🐍 #StayRadiant #CurieStrong.”

Einstein benar-benar tahu cara membela teman. Ia seperti berkata, “Biarkan mereka merayap di lumpur opini publik, kita lanjut hitung molekul aja.” Karena, buat Einstein, tak ada gunanya berdebat dengan orang yang lebih tertarik pada kehidupan cinta seorang ilmuwan ketimbang rumus E=mc².

Dan di sinilah letak kejeniusan satirnya. Ia tidak cuma membela Curie secara pribadi, tapi juga menyindir dunia yang aneh: publik bisa begitu mendewakan ilmuwan, lalu sehari kemudian menuduh mereka seolah seleb reality show. Satu hari kamu pahlawan sains, besoknya kamu “wanita skandal” di halaman depan koran. Kalau Einstein hidup di era sekarang, mungkin dia sudah bikin thread panjang di X berjudul:

“Mengapa peradaban modern lebih cepat memverifikasi gosip daripada data ilmiah.”

Yang paling lucu (dan sekaligus mengharukan), di akhir suratnya Einstein tiba-tiba menulis postscript: catatan tentang gerak molekul. Bayangkan, di tengah drama gosip nasional, dia masih sempat berkata, “Oh iya, ngomong-ngomong, aku baru nemu rumus baru soal hukum statistik, lho.”
Itu seperti kamu sedang curhat tentang gebetan ke temanmu, dan dia menimpali, “Wah, iya, btw aku nemu cara baru bikin kopi tanpa ampas.”

Namun justru di situlah letak keindahannya. Einstein ingin mengingatkan: dunia boleh bising, tapi kita punya tempat yang lebih damai — laboratorium, ide, dan integritas. Dunia bisa berubah jadi sirkus, tapi ilmuwan sejati tetap fokus pada mikroskopnya, bukan mikrofon wartawan.

Kalau dipikir-pikir, surat ini sebenarnya adalah manifesto anti-clickbait paling awal dalam sejarah. Pesannya sederhana tapi abadi:

Jangan buang waktu untuk membaca sampah. Sampah akan tetap menjadi sampah, bahkan kalau dicetak di surat kabar.

Dan mungkin, kalau Einstein dan Curie hidup di zaman sekarang, mereka akan jadi duo paling keren di LinkedIn. Einstein posting tentang fisika kuantum, Curie komentar: “Insightful as always, Albert πŸ‘.”
Lalu seseorang di kolom komentar akan menulis: “Katanya mereka punya hubungan, ya?”
Dan Einstein akan membalas dengan satu emoji saja: 🐍

Kesimpulannya, surat Einstein bukan sekadar curhat sahabat. Ia adalah pengingat bagi umat manusia modern yang masih sibuk ngegosip di kolom komentar: bahwa kebesaran seseorang tidak diukur dari rumor, tapi dari apa yang ia berikan pada dunia. Dan kadang, untuk menenangkan diri dari keributan, kita cuma butuh satu hal: secangkir teh panas, teman yang jujur, dan, tentu saja, kalkulasi statistik molekul di pojok meja.

abah-arul.blogspot.com., Oktober 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.