Bayangkan kamu sedang buka notifikasi media sosial. Belum sempat baca satu pun, tiba-tiba muncul asisten digital yang dengan santainya bilang, “Tenang, aku udah baca semuanya. Intinya, kamu lagi dirujak netizen gara-gara komentar kemarin.”
Waduh, AI sekarang bukan cuma pintar, tapi juga gosipable.
Begitulah kira-kira dunia yang sedang kita tuju — era ketika
AI bukan lagi alat, tapi semacam teman nongkrong yang terlalu perhatian. Ia
tahu kamu lagi baca apa, mikirin siapa, bahkan (mungkin) tahu kamu pura-pura
sibuk padahal cuma stalking akun mantan.
Sekarang, AI tak perlu disuruh-suruh lagi. Dulu kita harus
salin-tempel teks panjang, lalu tanya, “Tolong simpulkan ini.” Sekarang cukup
buka tab, dan AI sudah paham konteksnya. Ibarat punya teman yang tahu isi chat
kamu tanpa harus kamu forward dulu — agak keren, tapi juga sedikit menyeramkan.
“Topik panas hari ini: debat tentang AI di pendidikan, isu
agama yang lagi viral, dan sedikit bumbu politik ringan. Selamat menikmati
rujak trending topic Anda!”
Nah, ini bukan cuma kecerdasan buatan, tapi juga kepekaan
buatan. Dia bukan sekadar menjawab, tapi juga bisa ngelucu — walau humornya
kadang kayak robot yang baru belajar stand-up comedy.
Dan satu lagi, AI ini pintar banget sampai kadang kita lupa
berpikir. Kalau semuanya diringkas, dianalisis, dan disimpulkan oleh AI, apa
kabar kemampuan otak kita? Jangan-jangan sebentar lagi kita minta AI untuk
bantu “menafsirkan” perasaan kita sendiri:
“Hei AI, kira-kira aku beneran kangen dia, atau cuma lapar
ya?”
Pada akhirnya, integrasi AI ke dalam keseharian kita memang
seperti punya asisten pribadi yang super efisien — tapi juga super ingin tahu.
Kita perlu memastikan bahwa di balik semua kemudahan itu, masih ada ruang
untuk menjadi manusia: berpikir, merasa, dan kadang bingung sendiri
tanpa bantuan algoritma.
Karena kalau semua sudah AI yang urus, jangan-jangan nanti
dia juga yang menulis status kita:
“Sedang merenungi arti hidup, tapi masih nunggu AI kasih
simpulan.”
abah-arul.blogspot.com., Oktober 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.