Kalau manusia modern mengenal istilah delivery service, maka Islam sudah punya versi celestial-nya jauh sebelum Gojek, Grab, dan JNE lahir: Malaikat Express Delivery. Bedanya, yang ini bukan antar paket, tapi antar doa.
Dalam sistem langit, Allah SWT adalah CEO sekaligus pemilik
tunggal seluruh “perusahaan semesta.” Beliau tidak butuh staf, wakil, apalagi
outsourcing. Tapi dalam kebijaksanaan-Nya, Allah menciptakan sistem kerja yang
teratur—semacam birokrasi langit, tapi tanpa antre dan tanpa surat keterangan
RT/RW. Maka turunlah perintah dari Khadrotillah (Pusat Ilahi), melewati
“departemen” malaikat yang bekerja tanpa gaji, tanpa lembur, dan tanpa mogok
kerja.
Manusia, dengan segala keterbatasannya, memang tidak bisa
langsung “video call” ke Allah. Sinyalnya beda frekuensi. Doa kita, kalau tidak
pakai hati yang bening, kadang mentok di langit pertama—mirip pesan WhatsApp
yang cuma centang satu. Nah, di sinilah malaikat turun tangan, jadi kurir
spiritual yang memastikan paket doa kita sampai dengan selamat ke alamat
tujuan.
Analogi sederhananya begini: kalau mau beli sayur di pasar,
kita perlu uang. Kalau mau beli sinyal, ya butuh pulsa. Nah, kalau mau doa
sampai ke langit, perlu mekanisme transfer ilahi—dan malaikatlah yang
mengurus logistiknya. Mereka memastikan doa yang “abstrak” bisa berubah jadi
kenyataan: rezeki yang mengalir, hati yang tenang, penyakit yang sembuh, jodoh
yang nyantol (kalau diizinkan tentunya).
Namun, di sinilah kadang muncul kelucuan manusia. Ada yang
berpikir bahwa produk asma’, doa khusus, atau bahkan “nebeng doa ke
guru spiritual” itu seperti naik taksi malaikat. Padahal bukan begitu.
Malaikat tidak tunduk pada manusia, apalagi pada botol kecil bertuliskan nama
asma tertentu. Mereka hanya patuh pada Allah. Kalau pun doa kita “nebeng” doa
orang saleh, itu semata karena koneksi spiritual beliau yang sinyalnya 5G ke
langit—bukan karena malaikat punya paket langganan khusus untuk para aulia.
Bagi orang awam seperti kita, “nebeng” doa itu seperti ikut
tumpangan santri pulang pesantren: bukan mobil kita, tapi tujuannya
sama—mudah-mudahan sampai. Dan selama semua ini dihayati dengan keyakinan bahwa
Allah tetap Sang Pengabul doa satu-satunya, maka malaikat hanya sekadar driver
amanah yang memastikan semuanya berjalan sesuai izin Tuhan.
Setelah doa dikabulkan, para malaikat pun bertugas
menurunkannya ke dunia. Tidak dengan kotak paket, tapi dengan cara yang kadang
misterius: lewat kesempatan yang datang tiba-tiba, ide yang muncul di kepala,
atau jalan rezeki yang tak disangka-sangka. Dan kita pun sering berkata, “Wah,
kebetulan banget ya!” — padahal, itu bukan kebetulan, tapi pengantaran
sukses dari langit.
Jadi, kalau suatu hari doa kita belum terkabul, jangan
buru-buru marah atau komplain ke “Customer Service Langit.” Bisa jadi
malaikatnya sedang menunggu jadwal pengiriman yang tepat—karena setiap paket
doa punya tanggal kirim masing-masing.
Dan kalau doa kita cepat dikabulkan, jangan sombong juga.
Ingat, bukan karena kita punya “membership premium,” tapi karena Allah berkenan
mengizinkan malaikat-Nya mengantarkan kabar baik lebih cepat.
Maka, teruslah berdoa dengan yakin. Karena di balik setiap
ucapan “Amin” yang lirih itu, ada armada malaikat yang sibuk mengantarkan cinta
Allah kepada hamba-hamba-Nya—tanpa ongkir, tanpa delay, dan tanpa notifikasi “penerima
sedang tidak di tempat.”
abah-arul.blogspot.com., Oktober 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.