Hidup modern itu kadang seperti main gim open world tanpa tutorial. Kita sibuk ke sana-sini, ngejar misi sampingan — kerja, karier, update status — tapi lupa misi utamanya: mengenal Sang Pencipta. Dan di sinilah, tasawuf datang bukan sebagai “fitur tambahan”, tapi semacam quest utama yang sering di-skip oleh banyak pemain bernama manusia.
1. Ma’rifat: Bukan Sekadar Hafal Nama Allah di Kepala,
tapi Juga di Hati
Ma’rifat ini semacam Wi-Fi spiritual: sinyalnya
kuat kalau hati bersih. Tapi kalau penuh sampah duniawi—dendam, iri, notifikasi
media sosial—ya jangan heran kalau koneksinya putus-putus.
2. Al-Burhan al-Mu’ayyad: GPS Batin untuk yang Sering
Tersesat
Kitab kuno ini bisa dibilang Google Maps-nya orang
yang ingin kenal Allah. Ia memberi panduan langkah demi langkah supaya
nggak nyasar di jalan ruhani. Tahapannya jelas:
- Mulai
dari taubat, alias hapus riwayat dosa.
- Lanjut
ke zuhud, uninstall keterikatan duniawi.
- Lalu tawakal,
aktifkan mode “biar Allah yang atur”.
- Setelah itu dzikir dan tafakur, semacam meditasi tapi versi penuh makna.Dan ujungnya: mahabbah, alias jatuh cinta total pada Allah—bukan karena “bonus surga”, tapi karena sudah nggak bisa nggak cinta.
Namun ada catatan penting: semua itu nggak sah kalau
syariat di-skip. Kalau belum salat tapi sudah ngaku ma’rifat, itu kayak ngaku
lulus kuliah tapi belum ikut skripsi. Klaimnya keren, tapi ijazahnya fiktif.
3. Tasawuf di Era Digital: Dari Zikir Manual ke Streaming
Spiritual
Pendekatan semacam ini bukan hanya bikin ajaran sufi terasa
dekat, tapi juga menenangkan algoritma yang biasanya dipenuhi debat kusir.
Setidaknya, ada jeda rohani di antara iklan skincare dan video kucing lucu.
4. Jalan Sunyi yang Justru Ramai
Dan lucunya, makin dalam seseorang menyelami ma’rifat, makin
rendah hati dia. Soalnya, semakin kenal Allah, semakin sadar betapa dirinya ini
cuma “butiran debu di layar semesta” — tapi debu yang tetap diurus langsung
oleh Sang Maha Kuasa.
5. Penutup: Dari Taubat Menuju Tersenyum
Jadi, kalau selama ini hidup terasa hampa, mungkin bukan
karena kurang liburan, tapi karena lupa koneksi vertikal. Kajian
ma’rifat mengingatkan kita untuk mulai lagi dari awal: taubat, dzikir, cinta,
dan akhirnya—damai.
Karena pada akhirnya, semua jalan menuju Allah itu seperti
perjalanan panjang dengan banyak rest area. Bedanya, di rest area dunia, kita
isi bensin dan ngopi; di jalan menuju ma’rifat, kita isi hati dan mau
berhenti sejenak untuk mengenal diri.
Dan siapa tahu, di tengah dzikir dan tawa kecilmu hari ini,
Allah sedang tersenyum balik—karena akhirnya kamu menemukan jalan pulang.
abah-arul.blogspot.com., Oktober 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.