Pidato Presiden Prabowo belakangan ini bikin rakyat angkat alis lebih tinggi dari harga beras. Beliau dengan penuh wibawa mempertanyakan: “Kalau aset koruptor disita, kasihan dong istri dan anaknya menderita?”
Kalimat ini langsung bikin netizen bingung: ini rapat
kabinet atau rapat arisan keluarga pejabat? Karena yang dibahas bukan rakyat
yang sudah lama menderita akibat korupsi, tapi keluarga koruptor yang katanya
bakal “kesian”.
Padahal, kalau dipikir logika sederhana ala warung kopi,
anak-istri koruptor itu sudah ikut menikmati hasil korupsi kok. Dari tas
branded, rumah mewah, sampai liburan ke Eropa yang caption-nya suka
ditulis: “Holiday with family, grateful.” Nah, kalau
gratefulnya dari uang rakyat, wajar dong rakyat jadi “ungrateful” sama
pemerintah.
Netizen pun kompak menyerang dengan komentar sarkastis:
- “Pak,
kalau mikirin anak koruptor menderita, gimana dengan anak petani yang
makanannya menderita terus?”
- “Dibalik
aja logikanya, apa nggak malu anak dibesarin dari uang haram?”
- Ada
juga yang lebih blak-blakan: “Bapak jangan terlalu baik sama
keluarga koruptor, nanti dikira sponsor resmi kejahatan berjamaah.”
Lucunya, ini semua terjadi setelah janji kampanye 2024 yang
begitu heroik: “Korupsi akan diberantas tanpa ampun!” Tapi
ternyata setelah jadi presiden, yang tanpa ampun justru komentar netizen di
kolom medsos.
Bayangkan kalau logika “jangan bikin keluarga koruptor
menderita” ini diterapkan luas. Besok-besok maling ayam di kampung bisa
protes: “Pak RT, jangan hukum saya. Kalau ayam disita, anak saya nggak
bisa makan sop ayam.”
Akhirnya, rakyat cuma bisa tertawa miris sambil
menyimpulkan: di negeri ini, hukum kadang memang tajam ke rakyat kecil, tapi
kalau sudah menyentuh anak-istri pejabat, hukum malah jadi lembek… kayak bantal
sofa di ruang tamu rumah koruptor.
abah-arul.blogspot.com., September 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.