Minggu, 31 Agustus 2025

Ketika Keadilan Harus Tanya Keluarga Koruptor Dulu

Pidato Presiden Prabowo belakangan ini bikin rakyat angkat alis lebih tinggi dari harga beras. Beliau dengan penuh wibawa mempertanyakan: “Kalau aset koruptor disita, kasihan dong istri dan anaknya menderita?”

Kalimat ini langsung bikin netizen bingung: ini rapat kabinet atau rapat arisan keluarga pejabat? Karena yang dibahas bukan rakyat yang sudah lama menderita akibat korupsi, tapi keluarga koruptor yang katanya bakal “kesian”.

Padahal, kalau dipikir logika sederhana ala warung kopi, anak-istri koruptor itu sudah ikut menikmati hasil korupsi kok. Dari tas branded, rumah mewah, sampai liburan ke Eropa yang caption-nya suka ditulis: “Holiday with family, grateful.” Nah, kalau gratefulnya dari uang rakyat, wajar dong rakyat jadi “ungrateful” sama pemerintah.

Netizen pun kompak menyerang dengan komentar sarkastis:

  • “Pak, kalau mikirin anak koruptor menderita, gimana dengan anak petani yang makanannya menderita terus?”
  • “Dibalik aja logikanya, apa nggak malu anak dibesarin dari uang haram?”
  • Ada juga yang lebih blak-blakan: “Bapak jangan terlalu baik sama keluarga koruptor, nanti dikira sponsor resmi kejahatan berjamaah.”

Lucunya, ini semua terjadi setelah janji kampanye 2024 yang begitu heroik: “Korupsi akan diberantas tanpa ampun!” Tapi ternyata setelah jadi presiden, yang tanpa ampun justru komentar netizen di kolom medsos.

Bayangkan kalau logika “jangan bikin keluarga koruptor menderita” ini diterapkan luas. Besok-besok maling ayam di kampung bisa protes: “Pak RT, jangan hukum saya. Kalau ayam disita, anak saya nggak bisa makan sop ayam.”

Akhirnya, rakyat cuma bisa tertawa miris sambil menyimpulkan: di negeri ini, hukum kadang memang tajam ke rakyat kecil, tapi kalau sudah menyentuh anak-istri pejabat, hukum malah jadi lembek… kayak bantal sofa di ruang tamu rumah koruptor.

abah-arul.blogspot.com., September 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.