Zaman sekarang banyak rumah tangga yang mirip co-working space. Semua penghuninya sibuk dengan proyek masing-masing, ketemunya cuma pas rebutan remote TV. Bahkan ada yang kalau mau ngobrol sama anak harus bikin appointment via Google Calendar.
Padahal di Qur’an, Allah sudah kasih bocoran resep rumah
harmonis:
Sayangnya, ada tipe manusia yang di luar rumah bisa
tersenyum 32 gigi kepada rekan kerja, tapi di rumah cuma senyum 2 mili—itu pun
kalau ingat. Ada juga yang ke kolega bisa ngomong, “Bro, apa kabar? Gimana
keluarga?” tapi ke pasangan cuma ngomong, “Kunci motor di mana?”
Kalau Rasulullah SAW saja, yang sibuknya level negara plus
akhirat, masih sempat lomba lari sama istrinya, terus mengalah demi romantis,
masa kita kalah sama beliau… dan kalah juga sama tukang bakso yang masih sempat
ngobrol sama istrinya sambil ngaduk kuah?
Bahkan ada hadits golden rule rumah tangga:
Akibatnya, anak-anak tumbuh dengan sindrom ayah/mama
cameo—tokoh yang muncul sebentar lalu menghilang dari cerita utama. Nanti
ketika besar, mereka bisa bilang, “Ibu saya baik banget… kayaknya… soalnya
jarang ketemu.”
Maka, family time itu wajibul lucu, bukan optional
sunnah muakherah. Kita harus hadir bukan cuma jasadnya, tapi juga hati dan
perhatiannya. Jangan sampai anak dan pasangan lebih hafal nada dering HP kita
daripada nada tawa kita.
Ingat, kesuksesan itu bukan cuma soal dapat bonus akhir
tahun, tapi soal dapat senyum tulus setiap hari di meja makan. Karena kalau
rumah sudah penuh cinta, dompet bolong pun terasa adem. Tapi kalau rumah dingin
kayak freezer, ATM penuh pun terasa sendirian.
Pesan moral:
“Jangan sampai rumah kita seperti hotel: semua pulang cuma
untuk tidur, sarapan seadanya, lalu check-out lagi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.