Pagi ini, saya berdiri di depan sebuah benda yang katanya
bisa menyelamatkan hidup saya: 360° Health Mirror with AI Technology.
Dari luar sih, kelihatannya cuma cermin biasa. Tapi jangan salah, begitu Anda
berdiri di depannya, cermin ini bukan cuma memantulkan wajah ngantuk Anda, tapi
juga memantulkan seluruh penyesalan hidup yang berbentuk lemak, kolesterol, dan
metabolisme malas.
Begitu saya berdiri tegap, AI di dalam cermin mulai bekerja.
“Ting!” bunyi notifikasi terdengar, dan tiba-tiba muncul tulisan:
“Jantung Anda baik-baik saja… tapi sebaiknya jangan dekat-dekat gorengan
minggu ini.”
Wah, cermin ini benar-benar seperti gabungan antara dokter, ibu, dan teman
julid.
Selanjutnya, ia memindai berat badan dan metabolisme saya.
Muncul lagi pesan jenaka dari AI:
“Berat badan Anda ideal… untuk badak bercula satu.”
Saya tersenyum miris. Ternyata teknologi AI sekarang bukan hanya pintar, tapi
juga pandai menohok harga diri.
Yang paling seru adalah fitur real-time insight. Cermin ini
bisa mendeteksi kalau saya sedang pura-pura sehat. Ketika saya menghirup napas
panjang untuk terlihat lebih ramping, AI langsung komentar:
“Hentikan menahan napas. Anda butuh olahraga, bukan sulap.”
Meski suka bikin sakit hati, saya harus akui 360° Health
Mirror ini punya niat baik. Dia ingin membantu kita memahami kesehatan kita
sebelum nasi jadi bubur dan bubur jadi bubur ayam. Ia mengingatkan kita bahwa
gaya hidup sehat itu bukan cuma soal niat, tapi juga soal data—dan ternyata,
data itu lebih jujur dari teman sendiri.
Pada akhirnya, saya sadar: cermin ini bukan cuma alat
kesehatan, tapi juga motivator pribadi yang tidak tahu sopan santun. Tapi
justru itu yang membuatnya efektif. Sebab kalau cermin bisa bicara jujur
seperti ini, mungkin timbangan di rumah pun tak perlu lagi jadi kambing hitam.
abah-arul.blogspot.com., Agustus 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.