Minggu, 03 Agustus 2025

Kafe Sunyi dan Lagu Burung Perkutut


Sejak kasus Mie Gacoan di Bali jadi trending, kafe-kafe di Indonesia mendadak seperti masuk program diet ketat: diet musik. Bayangkan, kamu masuk kafe, pesan kopi latte, lalu yang terdengar bukan lagu mellow dari Spotify, tapi suara burung perkutut dan gemericik air. Romantis? Mungkin. Tapi lebih terasa seperti duduk di halaman rumah nenek daripada nongkrong di kafe hits.

Semua ini gara-gara aturan royalti musik yang ternyata serius sekali. Setiap kursi di kafe dihitung Rp120 ribu per tahun. Jadi kalau kafe punya 50 kursi, biaya royaltinya bisa bikin pemilik kafe spontan teringat lagu “Hampa Hatiku Tanpa Dirimu”—hampa kantongku tanpa uangmu.

Yang bikin pusing, ternyata langganan Spotify Premium atau YouTube Premium nggak otomatis bikin kafe bebas royalti. Itu lisensi personal. Jadi kalau kamu putar lagu Justin Bieber di kafe, secara hukum sama saja kamu mengundang Justin Bieber manggung di pojokan kafe sambil menagih honor.

Para pengusaha kafe yang baru tahu aturan ini langsung panik. Ada yang sampai ganti playlist jadi “Suara Alam Nusantara: Volume 2.” Hasilnya, pelanggan yang awalnya mau santai malah kebingungan:
“Eh, ini kafe apa kebun binatang? Kok dari tadi suara monyet bersahutan?”

Di sisi lain, musisi tentu senang. Akhirnya, hasil keringat mereka diakui. Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) jadi semacam malaikat penagih yang membawa pesan suci: “Bayarlah royalti, maka hidupmu tenteram.”

Tapi publik di X (Twitter) tidak kalah kreatif. Ada yang bercanda,
“Bro, jangan keras-keras nyanyi di kamar mandi, takut ditagih royalti LMKN.”
Yang lain menulis,
“Bentar lagi, dengar lagu lewat headset di jalan pun bisa-bisa disamperin: ‘Izin, Pak, ini ruang publik?’”

Solusinya? Pemilik kafe sekarang punya tiga opsi:

  1. Bayar royalti dengan sabar.

  2. Ganti musik jadi suara alam.

  3. Rekam sendiri lagu-lagu absurd seperti “Cappuccino Hatiku” atau “Es Teh Manis Mengalir Dalam Jiwa.”

Kesimpulannya, kalau kamu masuk kafe dan merasa seperti berada di tengah hutan tropis, jangan heran. Itu bukan konsep baru “Nature Café,” tapi konsep “Anti-Royalti Café.” Dan siapa tahu, sebentar lagi akan ada tren baru: Silent Café. Nongkrong sambil menyeruput kopi dalam hening total, hanya terdengar bunyi sendok ketemu gelas.

abah-arul.blogspot.com., Agustus 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.