Ketika kabar “anggota DPR digaji Rp3 juta per hari” beredar di media sosial, jagat maya mendadak jadi panggung stand-up comedy raksasa. Bedanya, kali ini bukan komika profesional yang bikin penonton terbahak, tapi para pejabat sendiri dengan paket lengkap: tunjangan, klarifikasi, dan tentu saja—drama politik.
Netizen: Dari Pilu Jadi Meme
Pengamat Politik: Analisis Sambil Ngopi
Sementara netizen sibuk bikin meme, pengamat politik mencoba
tenang, meski dalam hati mungkin sama emosinya. Ray Rangkuti misalnya, bilang
kenaikan tunjangan ini “menyepelekan kesusahan rakyat”. Bahasa halusnya begitu.
Kalau pakai bahasa netizen mungkin akan berbunyi: “Gak waras.”
Lebih pedas lagi, Ray mengibaratkan rakyat dipungut pajak
tinggi, sementara pejabat disiram gaji seperti tanaman hias yang dapat pupuk
cair premium tiap hari. Bedanya, rakyat? Ya dapat polusi asap knalpot gratis.
DPR: Klarifikasi Rasa Stand-Up
Sekjen DPR juga menambahkan bahwa semua anggota dapat
tunjangan yang sama, kecuali pimpinan DPR yang masih punya rumah dinas. Jadi
sebenarnya ini bentuk keadilan—keadilan versi DPR. Kalau rakyat tanya, “Kapan
keadilan buat kita?” jawabannya mungkin: “Nanti… setelah rapat paripurna
berikutnya.”
Penutup: Antara Humor dan Satir
Pada akhirnya, cerita ini lebih mirip komedi satir ketimbang
berita politik. Netizen ketawa pahit, pengamat menggeleng, DPR klarifikasi,
tapi gap antara “rakyat susah cari makan” dan “tunjangan Rp3 juta sehari” tetap
lebar seperti jalan tol baru yang belum selesai dibangun.
Kalau boleh disimpulkan dengan gaya humor, isu ini
sebenarnya sederhana:
- DPR
dapat tunjangan Rp3 juta sehari,
- Rakyat
dapat hiburan Rp0 per hari,
- Sisanya? Ya, tinggal bikin meme, biar sakit hati bisa ikut tertawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.