Kamis, 21 Agustus 2025

Rasputin: Dari Sawah ke Singgasana, dengan Modal Ilmu “Ngibul”

Kalau Anda pikir untuk mengendalikan sebuah kekaisaran perlu kuliah politik, magang di PBB, atau setidaknya langganan Harvard Business Review, berarti Anda belum kenal Grigori Rasputin. Petani Rusia ini tidak punya ijazah, tidak punya deposito, bahkan tidak punya LinkedIn. Tapi entah bagaimana, dia berhasil jadi “influencer” paling berpengaruh di Kekaisaran Rusia. Bedanya dengan selebgram zaman sekarang: Rasputin tidak jualan skincare, melainkan jualan kepastian di tengah kekacauan.

Kunci sukses Rasputin sederhana: semua orang—bahkan kaisar—takut sama ketidakpastian. Semakin tinggi jabatan, semakin kencang pula angin was-wasnya. Rasputin muncul, bilang, “Tenang, saya tahu jawabannya.” Dan semua langsung percaya, persis kayak kita percaya dukun togel yang katanya bisa menebak angka minggu depan.

Tapi Rasputin tidak berhenti di situ. Dia punya strategi ala “paket lengkap manipulasi”:

  1. Ciptakan ketidakpastian. Kalau perlu ramal bencana.

  2. Tawarkan kepastian. Tentunya hanya dia yang punya.

  3. Jadilah tak tergantikan. Biar orang-orang berkuasa tidak bisa hidup tanpa dirinya, persis kayak kita tanpa sinyal WiFi.

Dengan trik itu, Rasputin bisa mengatur urusan kerajaan tanpa pernah tercatat di struktur birokrasi. Bayangkan, dia tidak punya jabatan resmi, tapi bisa bikin menteri minder dan jenderal tunduk. Hebatnya, tidak perlu SK Presiden—cukup SK: Sok Kepastian.

Nah, apa hubungannya dengan zaman sekarang? Sayangnya, banyak. Pola Rasputin masih dipakai sampai hari ini. Coba perhatikan iklan obat herbal: “Kalau Anda tidak minum pil daun ini, masa depan Anda suram!” Atau influencer keuangan yang bilang, “Cuma saya yang tahu cara cepat kaya tanpa kerja keras.” Sama aja—cetak biru Rasputin dengan packaging modern.

Untungnya, utas ini kasih “antidote”: kalau ada orang bikin kita bingung lalu dia muncul jadi satu-satunya solusi, jangan buru-buru percaya. Bisa jadi itu Rasputin generasi terbaru.

Sejarah menutup kisah ini dengan cukup ironis. Setelah sekian lama mengendalikan kerajaan, Rasputin akhirnya mati dibunuh bangsawan. Dua tahun kemudian, dinasti Romanov juga tumbang. Moral of the story? Kekuasaan besar tidak bikin kebal dari manipulasi—malah bikin gampang jadi korban. Ibarat punya password panjang 24 karakter tapi tetap lupa pakai two-factor authentication.

Jadi, kalau besok ada orang bilang, “Saya tahu apa yang harus kita lakukan, percayalah hanya pada saya,” sebaiknya kita tanya dulu: “Yang untung siapa?” Kalau jawabannya dia sendiri, selamat, Anda baru saja ketemu Rasputin edisi 2025.

abah-arul.blogspot.com., Agustus 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.