Rabu, 20 Agustus 2025

Ketika Guru Jadi “Beban Negara” Versi Deepfake: Drama Digital ala Telenovela

Bayangkan Anda lagi santai nonton TikTok, tiba-tiba muncul video Menteri Keuangan sedang pidato, lalu dengan wajah agak “tembem” dan suara yang kayak kaset kusut, ia bilang: “Guru itu beban negara.”

Sekejap, darah naik ke ubun-ubun! Para guru murid Tiktok pun marah: “Hah, jadi kita selama ini bukan pendidik bangsa, tapi beban bagasi?”

Padahal, ternyata itu bukan pidato asli. Itu hasil kreasi AI + jari-jari iseng netizen yang lebih doyan edit video ketimbang edit skripsi. Sungguh, teknologi deepfake ini kadang lebih lihai dari tukang sulap: bisa bikin seseorang berkata hal-hal yang tidak pernah diucapkan. Kalau Shakespeare hidup sekarang, mungkin ia akan bilang: “To deepfake or not to deepfake, that is the question.”

Pidato Asli: APBN, Bukan Ngibarin Spanduk Anti-Guru

Dalam kenyataannya, Sri Mulyani di Forum KSTI di ITB sama sekali tidak sedang menghina guru. Ia justru membahas soal tantangan gaji guru dan dosen yang kecil, sambil bertanya apakah semua biaya pendidikan harus selalu ditanggung APBN atau perlu partisipasi masyarakat.
Tapi, seperti biasa, dunia medsos punya jurus ninja: potong, edit, tambah efek suara kayak dubing sinetron, lalu boom—jadi kontroversi nasional.

Wajah “Tembem” dan Suara Patah-Patah

Deepfake itu bikin Sri Mulyani terlihat seperti habis makan mie instan lima bungkus sekaligus, dengan pipi bulat puffy dan suara yang mendadak putus-putus persis radio lawas. Anehnya, banyak orang langsung percaya. Rupanya bagi sebagian netizen, lebih mudah curiga pada pejabat daripada curiga pada filter TikTok.

Netizen: Dari Murka ke Trending Topic

Begitu video itu viral, guru-guru langsung ngamuk. PGRI pun ikut bersuara, istilah “guru” mendadak trending di X (Twitter). Dalam sejarah, mungkin baru kali ini satu kata se-sederhana “guru” bisa menggetarkan jagat maya, lebih heboh dari kata “gratis ongkir”.

Pemerintah: “Santai, Itu Hoaks”

Kemenkeu buru-buru kasih klarifikasi. Kepala Biro Komunikasi bilang: “Itu video palsu, hasil deepfake, jangan ditelan mentah-mentah.”
Sri Mulyani pun angkat suara lewat Instagram. Sayangnya, di era medsos, klarifikasi pejabat sering kalah cepat dari caption clickbait. Deepfake menyebar kayak nasi goreng—cepat, panas, dan bikin orang kenyang emosi.

Implikasi: Kalau Semua Bisa Deepfake, Siapa Bisa Dipercaya?

Kasus ini jadi contoh nyata: deepfake bukan cuma bisa bikin artis nyanyi lagu yang nggak pernah mereka rekam, tapi juga bikin pejabat ngomong hal yang nggak pernah mereka pikirkan.
“Hari ini Sri Mulyani, besok bisa saja Jokowi bilang ‘saya mau jadi content creator traveling’, atau Khofifah dibuat bilang ‘saya buka usaha laundry.’

Penutup: Antara Literasi dan Lelucon

Hoaks deepfake ini mengingatkan kita bahwa literasi digital itu wajib. Kalau ada video pejabat ngomong aneh-aneh, jangan buru-buru ngamuk. Siapa tahu itu hasil editan anak kos yang lagi gabut.
Jadi, lain kali kalau ada yang bilang “guru beban negara,” cek dulu sumbernya. Bisa jadi bukan Menteri Keuangan yang ngomong, tapi AI yang baru saja lulus magang di fakultas tukang fitnah digital.
abah-arul.blogspot.com., Agustus 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.