Pertemuan di Anchorage, Alaska, tanggal 15 Agustus 2025, konon katanya pertemuan bersejarah. Tapi kalau dibaca dari utas yang beredar di X, kesannya lebih mirip trailer film Hollywood dengan judul: “Dealmaker in Chief: The Return.”
Bayangkan saja, dua tokoh dunia—Trump dan Putin—duduk
bersama di markas militer, tiga jam tanpa wartawan, tanpa kamera, hanya
ditemani segelas kopi dingin Alaska. Hasilnya? Bukan gencatan senjata, bukan
perjanjian damai, tapi sebuah kalimat penuh drama: “Kita sudah membuat
kemajuan.” Alias, terjemahan bebasnya: “Kita ngobrol, tapi
belum tahu mau ngapain.”
Media tentu heboh. Apalagi Putin sempat memuji Trump,
katanya kalau Trump jadi presiden lebih awal, perang Rusia-Ukraina mungkin
tidak akan terjadi. Netizen pro-Trump langsung menyalakan kembang api digital:
“Lihat! Inilah dealmaker sejati!” Padahal, kalau diterjemahkan secara jujur,
ucapan Putin lebih mirip seperti tetangga bilang: “Andai kamu pindah
komplek lebih cepat, mungkin pagar rumah saya nggak dicoret orang.”
Lalu ada klaim di utas itu tentang “PERMANENT PEACE” alias
perdamaian permanen. Wah, ini jelas terdengar seperti iklan deterjen yang
katanya “noda hilang selamanya.” Faktanya, yang hilang baru jam tidur wartawan,
karena harus menunggu hasil konferensi pers yang tak kunjung ada.
Ironisnya, Ukraina—yang justru jadi “pihak utama” dalam
konflik—tidak diundang. Jadi pertemuan ini bisa dibilang seperti pesta ulang
tahun tanpa mengundang yang punya rumah. Zelenskyy pun langsung protes: “Halo,
ini perang di halaman saya, kok saya nggak diajak?”
Dari kacamata geopolitik, Putin sudah untung besar. Hanya
dengan terbang ke Alaska, ia mendapat panggung internasional lagi. Trump juga
untung, karena bisa tampil sebagai pahlawan perdamaian meski belum ada satu
tanda tangan pun di atas kertas. Media pun, seperti biasa, untung juga: dapat
bahan gosip politik yang bisa diputar jadi 12 episode telenovela.
Jadi, kalau dirangkum, pertemuan ini lebih mirip reality
show daripada perundingan damai:
- Ada
dua bintang utama dengan ego setinggi Himalaya.
- Ada
media yang ribut seperti komentator bola.
- Ada
janji “perdamaian permanen” yang sementara ini masih permanen dalam
imajinasi.
Singkatnya: Alaska sukses jadi panggung drama dunia. Yang
tersisa sekarang hanya satu pertanyaan penting: siapa yang bakal merilis versi
Netflix-nya duluan?
abah-arul.blogspot.com., Agustus 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.