Inilah yang dialami oleh Namun, seekor badak yang baru saja
lulus dari “Universitas Rehabilitasi Satwa”. Setelah bertahun-tahun dilatih
makan rumput yang tepat, berjemur dengan elegan, dan menguasai mata kuliah
“Menghindari Singa 101”, tibalah hari kelulusannya: pelepasliaran!
Panitia konservasi pun merayakannya bak wisuda. Ada yang
mengibarkan tangan dari jauh, ada yang mendokumentasikan momen epik itu,
mungkin sambil berkata: “Good luck, bro!” Tapi begitu Namun menginjakkan kaki
di alam liar, selamat datang di realitas—di luar sana, tidak ada snack sore
atau dokter hewan siaga. Yang ada hanya singa yang melihatnya seperti kita
melihat promo ayam geprek buy 1 get 1.
Namun pun jadi bahan refleksi bagi manusia. Kita juga pernah
tinggal di zona nyaman: rumah orang tua yang nyaman, kulkas selalu terisi, dan
internet lancar. Tapi hidup selalu menunggu di luar pagar, siap memberi kita
“singa” dalam wujud cicilan, deadline, atau mantan yang tiba-tiba nikah duluan.
Maka, saat hidup mulai terasa seperti hutan liar, ingatlah
Namun, sang badak pejuang. Walau harus waspada 24 jam, ia tetap melangkah
dengan kepala tegak dan tanduk siap siaga. Karena pada akhirnya, bertahan hidup
bukan soal siapa yang paling besar, tapi siapa yang paling siap.
Jadi, kalau besok ada “singa” kehidupan menghampiri, kita
bisa bilang: “Ayo sini, saya lulusan Rehabilitasi Kehidupan, angkatan Namun!”
abah-arul.blogspot.com., Agustus 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.