Minggu, 17 Agustus 2025

Remote Viewing, Ilmu Kebatinan yang Cocok untuk Anak Kost

 

Ada satu hal yang selalu membuat umat manusia penasaran: bagaimana cara tahu isi hati orang lain, tanpa harus repot-repot chat duluan? Jawabannya, konon, ada pada remote viewing—seni “melihat sesuatu dari jauh” tanpa harus berdiri di dekat jendela sambil mengintip.

Konsepnya sederhana: pikiran kita bisa menjelajah ke mana saja. Katanya bisa menembus ruang dan waktu. Jadi, kalau lapar tengah malam dan warteg dekat kos sudah tutup, tinggal “remote viewing” ke kulkas ibu kos. Kalau ternyata kosong, ya berarti memang jodohnya mi instan lagi.

Pada tahun 1970-an, CIA sampai rela keluar duit banyak demi riset ini. Bayangkan, negara adidaya menaruh harapan intelijen pada bapak-bapak bermeditasi di ruangan sepi. Mereka berharap bisa tahu lokasi pangkalan militer Soviet, padahal para peneliti mungkin lebih sering dapat “visi” sebungkus donat gratis di kantin.

Tokoh legendarisnya: Ingo Swann. Dia mengaku bisa “jalan-jalan astral” ke Jupiter. Waktu itu, NASA belum tahu Jupiter punya cincin. Swann bilang, “Ada cincin, lho.” Enam tahun kemudian Voyager 1 lewat, jreng! ternyata benar ada. Dari situ CIA makin semangat: “Kalau bisa lihat Jupiter, pasti bisa lihat gudang senjata Rusia!” Masalahnya, Swann tidak bilang bahwa Jupiter juga punya cuaca ekstrem—yang cocok sekali untuk jemuran basah mahasiswa kos.

Namun, sayangnya, remote viewing ini tidak selalu akurat. Kadang hasilnya hanya berupa sketsa abstrak mirip gambar anak TK. Jadi, alih-alih menemukan kapal selam musuh, yang muncul malah gambar “seperti pisang goreng gosong.” Bayangkan agen CIA menatap peta dunia sambil bingung: “Ini pangkalan militer atau warung tenda?”

Para pendukung bilang ini bukti kesadaran manusia tidak punya batas. Para skeptis bilang ini bukti manusia memang jago mengarang. Faktanya, program CIA akhirnya dihentikan. Uang pajak rakyat Amerika dipakai, hasilnya cuma tahu Jupiter punya cincin—yang toh bisa dilihat gratis di buku IPA sekarang.

Tapi, jangan buru-buru meremehkan. Remote viewing masih berguna. Misalnya:

  • Ibu-ibu arisan bisa tahu isi dompet bapak-bapak tanpa perlu memeriksa celana.
  • Mahasiswa bisa “melihat” isi soal ujian besok, walau hasilnya mungkin cuma kata-kata samar: “belajar dong, jangan malas.”
  • Suami bisa mendeteksi remote TV yang hilang entah ke mana—karena ternyata remote viewing lebih sering menemukan “remote” daripada “rahasia Soviet.”

Pada akhirnya, remote viewing bukan soal akurasi. Ia adalah seni percaya diri. Kalau tebakanmu salah, tinggal bilang: “Ah, sinyalnya ketutup awan kosmis.” Kalau benar, tinggal tulis buku, kasih judul “Kesadaran Tak Terbatas: Rahasia yang CIA Sembunyikan dari Anda.”

Kesimpulannya: remote viewing adalah skill yang cocok di zaman sekarang. Hemat ongkos jalan, bisa kepoin gebetan tanpa harus follow akun privatnya, dan tentu saja, bisa jadi alasan spiritual kalau ketahuan melamun di kelas: “Bukan ngantuk, Pak. Saya sedang remote viewing ke Jupiter.”

abah-arul.blogspot.com., Agustus 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.