Pendahuluan
Krisis lingkungan global makin hari makin mirip film drama
Korea: bikin nangis, penuh konflik, tapi nggak ada yang tahu ending-nya. Hutan
gundul, sampah menumpuk, laut penuh plastik — bumi kita bisa dibilang sudah
masuk ICU.
Nah, di tengah situasi genting ini, pesantren ternyata tidak
mau kalah eksis. RMI PBNU bareng Kemenag bikin Halaqah Internasional di
Pesantren As’adiyah Macanang, Wajo, Sulawesi Selatan. Judulnya serius
banget: “Transformasi Sosio-Ekologis dan Solusi Epistemologis Berbasis
Turats.” Kalau dibaca cepat, bisa bikin kening berkerut. Tapi intinya
sederhana: santri turun gunung jadi pahlawan lingkungan.
Turats: Dari Kitab Kuning ke Kitab Hijau
Buat sebagian orang, turats mungkin
terdengar kayak koleksi buku tua yang isinya cuma arab gundul dan catatan kyai
zaman dulu. Padahal kata NU, turats itu bukan barang antik, tapi semacam
“Google Maps” kehidupan: bisa dipakai kapan saja, termasuk buat nyari jalan
keluar dari macetnya krisis iklim.
Bayangin, konsep khalifah fil ardh itu sama
aja kayak status “admin bumi” di grup WhatsApp kehidupan. Kalau admin keluar
grup (alias cuek sama alam), ya siap-siap aja chat-nya (baca: kehidupan)
berantakan.
Pesantren: Dari Ngaji Kitab ke Ngaji Sampah
Empat Subtema yang Bikin Alam Senyum
- Kurikulum Paradigma CintaSantri diajari bukan cuma cinta kitab, tapi juga cinta pohon. Jadi kalau biasanya mereka nyiramin bunga buat gaya-gayaan di Instagram, sekarang jadi bagian dari ibadah.
- Eko-SpiritualAyat-ayat kauniyah dibaca sambil praktik. Jadi kalau ada pelangi, santri bukan cuma bilang “Masya Allah indahnya,” tapi juga mikir: “Eh, jangan-jangan ini reminder buat kita hemat air.”
- Eko-FiqhDlaruriyatul khams direvisi biar lebih kekinian. Bukan cuma agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta, tapi juga: jangan buang sampah sembarangan. Karena apa gunanya sehat kalau napas masih bau knalpot?
- Fiqhul Bi’ahIni jurus pamungkas. Pesantren hijau ala NU ngajarin santri mulai dari memilah sampah, bikin taman, sampai pakai energi surya. Kalau ada lomba pesantren eco-friendly internasional, bisa jadi kita bakal juara.
Halaqah Internasional: Semacam KTT Iklim, Tapi Versi
Sarungan
Jangan bayangin halaqah ini kayak seminar dosen-dosen
ngantuk. Di sini ada call for papers—tapi bayangin aja kayak “open
mic” buat para peneliti, akademisi, bahkan santri. Yang makalahnya bagus,
dipresentasiin. Yang paling keren, dibukukan. Jadi pesantren bukan cuma tempat
rebana dan shalawatan, tapi juga produsen teori lingkungan kelas dunia.
Dampak yang Diharapkan
- Pesantren Masuk Kurikulum Go GreenNanti santri nggak cuma bisa ngaji Nahwu Shorof, tapi juga ngerti cara bikin biopori.
- Gerakan Green Islam Makin KerenSantri bisa tampil pede di forum internasional: “Kami menjaga bumi bukan karena trending topic, tapi karena ini bagian dari ibadah.”
Kesimpulan
Kalau dunia bingung nyari pahlawan lingkungan, mungkin
jawabannya ada di pesantren. Santri yang biasa begadang ngaji sampai subuh
sekarang bisa jadi Avengers ekologis: pakai sorban, bawa kitab
kuning, sambil nyiram pohon.
Jadi, siapa bilang turats cuma bisa jadi bahan hafalan?
Nyatanya, turats bisa jadi senjata ampuh untuk menyelamatkan bumi.
abah-arul.blogspot.com,
Agustus 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.