Program Makan Bergizi Gratis (MBG) resmi diluncurkan Presiden Prabowo dengan misi mulia: anak-anak sekolah makan bergizi, petani lokal dapat cuan, dan UMKM naik kelas. Tapi siapa sangka, di balik aroma nasi kuning dan telur dadar, muncul fenomena ekonomi baru yang tak kalah lezat: Broker Proyek MBG dan Investor Lokal Dadakan.
Broker Proyek: Pahlawan Tanpa Tanda Makan
Broker proyek MBG ibarat makelar tanah versi kuliner.
Bedanya, yang diperdagangkan bukan sertifikat tanah, tapi telur ayam kampung
dan kangkung segar. Tugasnya sederhana tapi krusial: menjembatani petani yang
bingung menjual hasil panen dengan SPPG (Satuan Pelayanan Program Gizi) yang
kelimpungan cari bahan baku.
Adegan di lapangan kira-kira begini:
- Petani:
"Pak, saya punya 100 kg cabai, tapi harganya jeblok..."
- Broker
MBG: "Santai, Pak! Saya kenal SPPG yang lagi cari cabai buat
sambal SD. Tapi ada fee 10% ya..."
- Petani:
"Fee-nya bisa dibayar pakai beras MBG nggak?"
Broker ini piawai bermain kata. Mereka bisa bikin petani
percaya bahwa kangkung mereka adalah investasi untuk generasi emas 2045, dan
meyakinkan SPPG bahwa telur ayam mereka bukan sembarang telur, tapi telur
dengan visi kebangsaan.
Investor Lokal Dadakan: Dari Gorengan ke Konglomerat
Tempe
Fenomena kedua adalah lahirnya Investor Lokal Dadakan,
yaitu pedagang kecil yang tiba-tiba naik kelas gara-gara MBG.
Contoh transformasi mendadak kaya:
- Pak
Budi, penjual tempe mendoan di pinggir jalan, mendadak punya pabrik tempe
mini karena dapat order 5 SPPG sekaligus.
- Bu
Siti, yang awalnya punya 10 ayam, kini jadi juragan 500 ayam demi pasokan
daging MBG.
- Mas
Heru, tukang ojek langganan ibu-ibu pasar, sekarang jadi distributor sayur
keliling dengan slogan: "Dari kebun langsung ke piring
siswa!"
Mereka sekarang sibuk mengurus NPWP dan NIB—dokumen yang
dulu dianggap serem, sekarang jadi tiket emas proyek gizi nasional.
Tantangan MBG: Nasi Bungkus Jadi Primadona
Walau niatnya mulia, MBG tetap punya drama tersendiri:
- Logistik
bikin deg-degan: "Pak, telurnya nyangkut di truk, anak-anak udah
antre piring kosong!"
- Menu
bikin deja vu: "Bu, kok seminggu tempe terus?" –
"Tenang, Nak, kata ahli gizi ini super food."
- Investor
dadakan salah hitung: "Lho, setelah potong fee broker, kok
untungnya tinggal aroma doang?"
Untungnya pemerintah punya solusi kreatif: LBS Urun Dana
Syariah. Jadi kalau modal seret, tinggal patungan. Tapi hati-hati, jangan
sampai modal urunan malah ludes buat nutup fee broker!
Kesimpulan: MBG, Proyek Sehat yang Mengenyangkan Dompet
MBG bukan sekadar program makan gratis, tapi juga panggung
kreativitas ekonomi lokal. Broker proyek jadi pahlawan tersembunyi, investor
dadakan jadi pengusaha kilat, dan anak-anak sekolah… ya, minimal tetap dapat
makan bergizi (walau kadang rasanya déjà vu tempe).
Jadi kalau Anda ingin ikut meramaikan MBG, siapkan KTP,
NPWP, NIB, dan mental baja. Sebab di balik nasi bungkus gratis, ada adu cepat
broker, drama harga cabai, dan mimpi jadi raja tempe nasional!
"Dari piring siswa ke rekening broker, semua
kecipratan rezeki. Selamat datang di MBG—tempat gizi dan bisnis bersatu dalam
harmoni!" 😆🍛💸
abah-arul.blogspot.com., Agustus 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.