Pemerintah kita memang suka dengan gaya “rebranding”. Kalau perusahaan kosmetik mengganti bungkus bedak, pemerintah mengganti nama ujian. Setelah sekian tahun kita akrab dengan Ujian Nasional (UN) yang bikin siswa-siswi keringat dingin tiap malam, kini datang penggantinya: Tes Kemampuan Akademik (TKA).
Bedanya apa? Kata seorang akademisi, ya bedanya cuma huruf
di singkatan. Kalau UN bikin pusing, TKA bikin pening. Sama-sama menekankan
otak, sama-sama bikin anak-anak SD sampai SMA belajar lebih keras daripada
calon anggota DPR saat kampanye.
Zainal Arifin Ahmad, dosen filsafat di UIN Sunan Kalijaga,
sampai curiga bahwa ini hanya “ganti nama, rasa tetap sama”. Filosofi
pendidikannya katanya masih itu-itu juga: menekankan angka, nilai, dan ranking.
Sementara aspek lain—seperti kemampuan bersosialisasi, mengelola emosi, bahkan
mungkin kemampuan menahan lapar saat jam pelajaran—semuanya dianggap tak
penting.
Lucunya, TKA katanya tidak wajib untuk syarat kelulusan.
Jadi anak-anak bisa merasa lega: nilai jelek pun tetap lulus, asal jangan
sampai guru wali kelas ikut-ikutan bikin soal tambahan. Tapi masalahnya,
sekolah dan guru pasti tetap fokus pada akademik. Jadi, jangan heran kalau
pelajaran “cara ngeles kalau ditanya guru” tidak masuk rapor.
Di sisi lain, Achmad Zuhri dari Pergunu mencoba menenangkan.
Katanya, TKA beda dengan UN, walau sama-sama ujian. Seperti bakso kuah dan
bakso bakar: sama-sama bakso, hanya cara penyajiannya beda. Zuhri juga
menekankan pentingnya inklusivitas. Bayangkan kalau ada anak di pelosok yang
listriknya byar-pet, tapi dipaksa ikut tes online. Bisa-bisa jawabannya cuma
doa panjang dan harapan semoga jaringan pulih sebelum waktu habis.
Zuhri juga mengingatkan, sistem bagus percuma kalau
pengawasan lemah. Nah, ini khas Indonesia. Kita pintar bikin aturan, tapi
kadang lupa siapa yang ngawasin. Hasilnya, siswa sudah belajar HOTS—Higher
Order Thinking Skills—sementara panitia ujian masih sibuk belajar cara fotokopi
soal tanpa bolak-balik terbalik.
Singkatnya, TKA ini ibarat mengganti judul sinetron tapi
pemainnya tetap sama. UN sudah tamat, lalu muncul TKA, tapi jalan ceritanya
mirip-mirip. Bedanya, kalau di sinetron masih ada soundtrack romantis, di dunia
nyata yang ada hanya suara siswa teriak: “Kapan sih kita bisa belajar tanpa
ujian akhir kayak gini?”
abah-arul.blogspot.com., Agustus 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.