Minggu, 07 September 2025

🍽️ Trump, Gates, dan Jamuan AI Rasa Global

Ada sebuah video makan malam di Gedung Putih. Bukan makan malam biasa: ini bukan sekadar ayam panggang dengan saus misterius yang bikin Melania pura-pura kenyang. Ini adalah panggung internasional: Bill Gates, Donald Trump, dan para CEO teknologi duduk semeja, membicarakan masa depan umat manusia—sambil mungkin ada yang curi-curi pandang ke dessert.

Bill Gates tampil seperti dosen tamu yang datang ke kelas ekonomi tapi malah membahas vaksin. Ia menyambungkan masa lalunya di Microsoft (yang bikin banyak orang frustasi karena Windows suka not responding) dengan masa kini sebagai filantropis kelas dunia. Gates berkata, “AI bisa jadi dokter virtual, guru daring, dan penyuluh pertanian.” Bayangkan: AI jadi dokter di Afrika, petani konsultasi lewat chatbot, dan anak-anak belajar langsung dari algoritma yang nggak pernah sakit flu.

Trump, tentu saja, mendengarkan dengan ekspresi khas: wajah setengah serius, setengah menghitung polling popularitas. Bayangkan, seorang presiden yang biasanya bicara soal wall dan fake news, kini mengangguk-angguk mendengar penjelasan tentang pengeditan gen. Mungkin dalam hatinya bertanya: “Apakah AI juga bisa mengedit gaya rambut?”


Yang menarik, Gates di sini bukan sekadar tamu. Ia menyampaikan ucapan terima kasih ke Trump. Ucapan yang membuat sebagian pendukung MAGA mungkin tersedak kentang tumbuk. “Thanks to Trump,” katanya, sambil menekankan bahwa kolaborasi ini bisa membawa AS memimpin dunia dalam AI. Trump tentu senang—akhirnya ada pujian yang tidak datang dari akun Twitter bot.

Aliansi yang diumumkan pun luar biasa. Microsoft, Apple, dan kawan-kawan kompak menaruh miliaran dolar. Bukan untuk bikin iPhone lebih cepat panas, tapi katanya demi “kemajuan kemanusiaan.” Katanya, ini investasi AI terbesar sepanjang sejarah. Mungkin setara dengan kalau seluruh kelas startup gabung jadi satu dan memutuskan berhenti bikin aplikasi “pesan makanan” versi ke-99.

Dan jangan lupa, ada unsur drama geopolitik. Video itu seolah mau bilang ke dunia: “Lihat, Amerika bersatu. Politisi dan teknokrat berdamai, demi masa depan.” Pesan tersirat: “China, hati-hati. Kami punya Gates, Trump, dan cheesecake.”

Kesimpulannya? Acara ini bukan sekadar makan malam. Ini semacam sinetron politik-teknologi: ada rekonsiliasi, ada aliansi, ada visi besar. Bedanya, tidak ada adegan nangis di bawah hujan. Pesannya jelas: kalau politisi dan teknokrat bisa duduk bareng, AI bukan cuma soal chatbot yang suka salah paham, tapi bisa jadi alat menyelamatkan umat manusia.

Singkatnya, malam itu Gedung Putih jadi restoran bintang lima dengan menu spesial: AI rasa global, disajikan dengan topping politik dan saus filantropi.

abah-arul.blogspot.com., September 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.