Selasa, 09 September 2025

Sri Mulyani: Dari Bendahara Republik hingga "SPG IMF"

Kalau Indonesia punya liga sepak bola untuk para menteri, Sri Mulyani jelas jadi top skorer. Bayangkan: pada 2018, ia dinobatkan sebagai Best Minister in the World. Satu dunia! Gelarnya bukan "Menteri Terbaik di ASEAN" atau "Menteri Paling Hemat di Jakarta," tapi the best in the world. Rasanya mirip dapat Ballon d’Or, tapi versinya APBN.

Penghargaannya diberikan di Dubai, dan langsung diserahkan oleh Sheikh Mohammad bin Rashid Al Maktoum. Coba bayangkan, biasanya hadiah menteri itu berupa kritik pedas di DPR, eh ini malah dapat trofi internasional. Para menteri lain di dunia mungkin langsung mikir, “Lha, kok bisa kalah sama Indonesia yang masih bingung ngurusin jalan bolong?”

Ketika APBN Jadi Diet Program

Waktu balik jadi Menkeu di era Jokowi 2016, Sri Mulyani menemukan anggaran negara yang sedang obesitas. Defisit mengembang, target pajak ketinggian, dan investor mulai garuk-garuk kepala. Solusinya? Ia langsung memotong Rp140 triliun. Itu semacam program diet ekstrim: dari makan nasi padang tiga kali sehari jadi cukup rebusan brokoli. Pedih, tapi sehat.

Para pengkritik bilang kebijakannya “procyclical.” Itu istilah akademis yang artinya: “kok malah ngirit pas lagi bokek?” Tapi justru dengan itu investor tenang, rupiah nggak tumbang, dan Indonesia nggak jadi Yunani kedua. Jadi ya, meski sakit, diet APBN ala Sri Mulyani bikin ekonomi lebih tahan banting.

Reformasi: Dari Bea Cukai ke Birokrasi

Kalau ada yang bilang Kementerian Keuangan dulu kayak rumah berhantu penuh korupsi, Sri Mulyani lah arsitek renovasinya. Tahun 2006, ia mulai bersih-bersih: bea cukai disikat, pajak ditertibkan, birokrasi dipaksa ngantor sesuai SOP. Princeton University sampai bikin studi kasus khusus. Bayangkan, kampus Ivy League di Amerika membahas cara bersih-bersih kantor pajak Indonesia. Itu prestasi yang nggak bisa ditagih pakai SPT tahunan.

Diplomasi ala Bendahara

Ada kisah legendaris di G20 Pittsburgh, 2009. Barack Obama secara tak sengaja memotong waktu presentasi Presiden SBY. Banyak yang diam, tapi Sri Mulyani maju ke depan, protes sopan tapi tegas. Obama akhirnya minta maaf terbuka dan memberi slot baru. Dari situ dunia sadar: Sri Mulyani bukan hanya jago hitung-hitungan pajak, tapi juga bisa bikin Presiden AS salah tingkah. Bahkan ada yang bercanda, “seharusnya beliau Menteri Pertahanan.”

2020–2023: Dari Malaikat Penolong jadi Tersangka Utang

Pandemi datang, ekonomi anjlok -2,07%. Sri Mulyani langsung keluarkan stimulus Rp2.500 triliun. Waktu itu, beliau dipuji bak pahlawan super: bansos mengalir, subsidi upah cair, vaksin jalan. Namanya masuk daftar Forbes: 100 wanita paling berpengaruh.

Tapi setelah badai lewat, utang pun menumpuk. Dari 24% PDB (2014) jadi 38% (2023). Kritikus bilang: “Bu Ani ini jagoan, tapi suka pakai kartu kredit negara.” Netizen di X (Twitter) lebih kejam: menyebutnya SPG IMF dan World Bank. Kalau ada promo cicilan 0% di APBN, mungkin sudah ditawarkan sekalian.

2025: Keluar dari Panggung

Akhirnya, 8 September 2025, Presiden Prabowo reshuffle kabinet. Sri Mulyani diganti Purbaya Yudhi Sadewa. Pasar saham langsung kaget, rupiah sempat tersenyum, lalu galau lagi. Netizen terbelah: ada yang nangis kehilangan simbol kredibilitas, ada pula yang lega karena “sumber sakit kepala utang” sudah lengser.

Begitulah ironi Sri Mulyani: dari “Menteri Terbaik Dunia” sampai “Bendahara yang bikin rakyat bayar pajak sambil manyun.” Tapi satu hal pasti—warisan beliau adalah APBN yang lebih disiplin, institusi yang lebih rapi, dan kisah bahwa seorang menteri Indonesia bisa bikin Presiden AS salah tingkah.

Kalau ada penghargaan baru, mungkin cocok: “Best Stand-up Economist in the World”—karena prestasinya bisa bikin kita bangga sekaligus garuk-garuk kepala sambil tertawa getir.

abah-arul.blogspot.com., September 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.