Kalau Indonesia punya liga sepak bola untuk para menteri, Sri Mulyani jelas jadi top skorer. Bayangkan: pada 2018, ia dinobatkan sebagai Best Minister in the World. Satu dunia! Gelarnya bukan "Menteri Terbaik di ASEAN" atau "Menteri Paling Hemat di Jakarta," tapi the best in the world. Rasanya mirip dapat Ballon d’Or, tapi versinya APBN.
Penghargaannya diberikan di Dubai, dan langsung diserahkan
oleh Sheikh Mohammad bin Rashid Al Maktoum. Coba bayangkan, biasanya hadiah
menteri itu berupa kritik pedas di DPR, eh ini malah dapat trofi internasional.
Para menteri lain di dunia mungkin langsung mikir, “Lha, kok bisa kalah sama
Indonesia yang masih bingung ngurusin jalan bolong?”
Ketika APBN Jadi Diet Program
Waktu balik jadi Menkeu di era Jokowi 2016, Sri Mulyani
menemukan anggaran negara yang sedang obesitas. Defisit mengembang, target
pajak ketinggian, dan investor mulai garuk-garuk kepala. Solusinya? Ia langsung
memotong Rp140 triliun. Itu semacam program diet ekstrim: dari makan nasi
padang tiga kali sehari jadi cukup rebusan brokoli. Pedih, tapi sehat.
Para pengkritik bilang kebijakannya “procyclical.” Itu
istilah akademis yang artinya: “kok malah ngirit pas lagi bokek?” Tapi justru
dengan itu investor tenang, rupiah nggak tumbang, dan Indonesia nggak jadi
Yunani kedua. Jadi ya, meski sakit, diet APBN ala Sri Mulyani bikin ekonomi
lebih tahan banting.
Reformasi: Dari Bea Cukai ke Birokrasi
Kalau ada yang bilang Kementerian Keuangan dulu kayak rumah
berhantu penuh korupsi, Sri Mulyani lah arsitek renovasinya. Tahun 2006, ia
mulai bersih-bersih: bea cukai disikat, pajak ditertibkan, birokrasi dipaksa
ngantor sesuai SOP. Princeton University sampai bikin studi kasus khusus.
Bayangkan, kampus Ivy League di Amerika membahas cara bersih-bersih kantor
pajak Indonesia. Itu prestasi yang nggak bisa ditagih pakai SPT tahunan.
Diplomasi ala Bendahara
Ada kisah legendaris di G20 Pittsburgh, 2009. Barack Obama
secara tak sengaja memotong waktu presentasi Presiden SBY. Banyak yang diam,
tapi Sri Mulyani maju ke depan, protes sopan tapi tegas. Obama akhirnya minta
maaf terbuka dan memberi slot baru. Dari situ dunia sadar: Sri Mulyani bukan
hanya jago hitung-hitungan pajak, tapi juga bisa bikin Presiden AS salah
tingkah. Bahkan ada yang bercanda, “seharusnya beliau Menteri Pertahanan.”
2020–2023: Dari Malaikat Penolong jadi Tersangka Utang
Pandemi datang, ekonomi anjlok -2,07%. Sri Mulyani langsung
keluarkan stimulus Rp2.500 triliun. Waktu itu, beliau dipuji bak pahlawan
super: bansos mengalir, subsidi upah cair, vaksin jalan. Namanya masuk daftar
Forbes: 100 wanita paling berpengaruh.
Tapi setelah badai lewat, utang pun menumpuk. Dari 24% PDB
(2014) jadi 38% (2023). Kritikus bilang: “Bu Ani ini jagoan, tapi suka pakai
kartu kredit negara.” Netizen di X (Twitter) lebih kejam: menyebutnya SPG
IMF dan World Bank. Kalau ada promo cicilan 0% di APBN, mungkin sudah
ditawarkan sekalian.
2025: Keluar dari Panggung
Akhirnya, 8 September 2025, Presiden Prabowo reshuffle
kabinet. Sri Mulyani diganti Purbaya Yudhi Sadewa. Pasar saham langsung kaget,
rupiah sempat tersenyum, lalu galau lagi. Netizen terbelah: ada yang nangis
kehilangan simbol kredibilitas, ada pula yang lega karena “sumber sakit kepala
utang” sudah lengser.
Begitulah ironi Sri Mulyani: dari “Menteri Terbaik Dunia”
sampai “Bendahara yang bikin rakyat bayar pajak sambil manyun.” Tapi satu hal
pasti—warisan beliau adalah APBN yang lebih disiplin, institusi yang lebih
rapi, dan kisah bahwa seorang menteri Indonesia bisa bikin Presiden AS salah
tingkah.
Kalau ada penghargaan baru, mungkin cocok: “Best
Stand-up Economist in the World”—karena prestasinya bisa bikin kita bangga
sekaligus garuk-garuk kepala sambil tertawa getir.
abah-arul.blogspot.com., September 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.