Kalau hidup ini sinetron, maka kolesterol adalah tokoh antagonis yang selalu disalahkan. Setiap kali ada jantung bermasalah, dokter masuk ke layar sambil menunjuk kolesterol:
“Ini dia penjahatnya! Segera tangkap dan kurung dengan statin!”
Padahal, siapa tahu si kolesterol cuma lewat depan rumah,
belum tentu dia yang maling ayam.
Nah, masuklah Big Pharma, perusahaan obat raksasa
yang ibarat produser sinetron. Mereka butuh tokoh jahat permanen agar ceritanya
laku. Kalau kolesterol tiba-tiba jadi pahlawan, siapa yang mau beli obat? Bisa
bangkrut dong. Maka dibuatlah skenario: kolesterol selalu jahat, statin selalu
pahlawan.
Sayangnya, statin ini pahlawan yang rada-rada. Ibarat super
hero yang datang menyelamatkan kota, tapi sambil merobohkan setengah gedung dan
mencuri listrik PLN. Ya, statin bukan cuma menghambat kolesterol, tapi juga
ikut-ikutan blokir CoQ10, zat penting buat energi tubuh. Akibatnya,
pasien jadi lemas, otot pegal, pikiran kosong. Boro-boro marathon, jalan ke
dapur aja ngos-ngosan.
Tapi Big Pharma tetap senyum. Soalnya tiap tahun mereka
dapat keuntungan belasan miliar dolar. Kalau pasiennya jadi pikun, mereka siap
jual obat pelupa. Kalau pasiennya jadi diabet, mereka punya insulin. Kalau
ototnya sakit, ada obat anti-nyeri. Bisnis paket komplit!
Ada pula klaim dramatis: “Hati-hati, setiap penurunan 1%
kolesterol, risiko mati naik 1%!” Wah, kalau begitu, jangan-jangan orang yang
rajin diet kolesterol bisa cepat masuk daftar undangan malaikat Izrail. Untung
klaim ini sering dibantah ilmuwan, meski baunya tetap bikin heboh di jagat
medsos.
Sementara itu, pasien biasa bingung: mau ikut dokter resmi,
takut efek samping; mau ikut teori konspirasi, takut disebut dukun. Akhirnya
banyak yang kompromi: tetap minum statin, tapi sambil beli suplemen CoQ10,
vitamin C, madu hutan, dan jamu kunyit asem. Pokoknya kalau bisa kombinasi
farmasi modern dan racikan simbah.
Jadi, apakah statin itu obat penyelamat atau jebakan Batman?
Jawabannya tergantung siapa yang cerita. Kalau Big Pharma, statin adalah jagoan
sejati. Kalau aktivis anti-farma, statin itu racun terselubung. Kalau pasien
biasa? Yang penting BPJS masih cover, ya lanjut saja.
Moral ceritanya sederhana: di balik kolesterol dan statin,
ada drama ekonomi yang jauh lebih gemuk dari perut siapa pun. Jadi, kalau
tiba-tiba dokter bilang kolesterolmu tinggi, jangan panik dulu. Bisa jadi itu
bukan cuma masalah kesehatan… tapi juga skenario sinetron dengan rating
miliaran dolar.
abah-arul.blogspot.com., September 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.