Selasa, 23 September 2025

“Statin, Big Pharma, dan Drama Kolesterol yang Tak Pernah Usai”

Kalau hidup ini sinetron, maka kolesterol adalah tokoh antagonis yang selalu disalahkan. Setiap kali ada jantung bermasalah, dokter masuk ke layar sambil menunjuk kolesterol:

“Ini dia penjahatnya! Segera tangkap dan kurung dengan statin!”

Padahal, siapa tahu si kolesterol cuma lewat depan rumah, belum tentu dia yang maling ayam.

Nah, masuklah Big Pharma, perusahaan obat raksasa yang ibarat produser sinetron. Mereka butuh tokoh jahat permanen agar ceritanya laku. Kalau kolesterol tiba-tiba jadi pahlawan, siapa yang mau beli obat? Bisa bangkrut dong. Maka dibuatlah skenario: kolesterol selalu jahat, statin selalu pahlawan.

Sayangnya, statin ini pahlawan yang rada-rada. Ibarat super hero yang datang menyelamatkan kota, tapi sambil merobohkan setengah gedung dan mencuri listrik PLN. Ya, statin bukan cuma menghambat kolesterol, tapi juga ikut-ikutan blokir CoQ10, zat penting buat energi tubuh. Akibatnya, pasien jadi lemas, otot pegal, pikiran kosong. Boro-boro marathon, jalan ke dapur aja ngos-ngosan.

Tapi Big Pharma tetap senyum. Soalnya tiap tahun mereka dapat keuntungan belasan miliar dolar. Kalau pasiennya jadi pikun, mereka siap jual obat pelupa. Kalau pasiennya jadi diabet, mereka punya insulin. Kalau ototnya sakit, ada obat anti-nyeri. Bisnis paket komplit!

Ada pula klaim dramatis: “Hati-hati, setiap penurunan 1% kolesterol, risiko mati naik 1%!” Wah, kalau begitu, jangan-jangan orang yang rajin diet kolesterol bisa cepat masuk daftar undangan malaikat Izrail. Untung klaim ini sering dibantah ilmuwan, meski baunya tetap bikin heboh di jagat medsos.

Sementara itu, pasien biasa bingung: mau ikut dokter resmi, takut efek samping; mau ikut teori konspirasi, takut disebut dukun. Akhirnya banyak yang kompromi: tetap minum statin, tapi sambil beli suplemen CoQ10, vitamin C, madu hutan, dan jamu kunyit asem. Pokoknya kalau bisa kombinasi farmasi modern dan racikan simbah.

Jadi, apakah statin itu obat penyelamat atau jebakan Batman? Jawabannya tergantung siapa yang cerita. Kalau Big Pharma, statin adalah jagoan sejati. Kalau aktivis anti-farma, statin itu racun terselubung. Kalau pasien biasa? Yang penting BPJS masih cover, ya lanjut saja.

Moral ceritanya sederhana: di balik kolesterol dan statin, ada drama ekonomi yang jauh lebih gemuk dari perut siapa pun. Jadi, kalau tiba-tiba dokter bilang kolesterolmu tinggi, jangan panik dulu. Bisa jadi itu bukan cuma masalah kesehatan… tapi juga skenario sinetron dengan rating miliaran dolar.

abah-arul.blogspot.com., September 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.