Kalau ada lomba paling sering disebut tapi paling jarang dipahami, “program prioritas pemerintah” pasti masuk final. Untungnya, Kemendikdasmen baru-baru ini bikin pengumuman besar: enam program pendidikan berdampak, dengan anggaran yang bikin rakyat mendadak pintar menghitung nol—Rp181,72 triliun.
“Ini bukan sekadar angka, tapi bukti nyata,” kata Bu Sekjen.
Nah, biasanya kalau pejabat bilang “bukti nyata”, rakyat langsung cari kaca
pembesar. Soalnya, kalau enggak hati-hati, buktinya nyata... tapi nyatanya
enggak ada.
1. Revitalisasi Sekolah
Dari PAUD sampai SMA/SMK dan SLB, revitalisasi dilakukan.
Target awal 10 ribu sekolah, eh malah dapat 15 ribu. Artinya, pemerintah ini
kayak emak-emak belanja di pasar: tadinya niat beli bawang setengah kilo,
pulang-pulang bawa sekilo plus bonus cabai 3 ons.
Bedanya, kalau sekolah direvitalisasi, kursinya jadi empuk,
temboknya dicat ulang. Kalau nasib siswa? Ya tetap aja harus ngerjain PR.
2. Digitalisasi Pendidikan
Ada 285 ribu sekolah yang katanya bakal “go digital.” Cuma
masalahnya, di kampung sebelah masih ada yang sinyalnya harus dicari di atas
pohon nangka. Jadi jangan kaget kalau ada murid PAUD update status: “Sedang
belajar daring, maaf agak buffering.”
Kalau lancar sih bagus. Tapi kalau enggak? Bisa-bisa guru
ngajarnya via SMS, murid jawabnya pakai kode sandi Morse.
3. Kompetensi dan Kesejahteraan Guru
Guru non-ASN dikasih tunjangan Rp2 juta. Lumayan banget!
Bisa buat traktir anak-anak kos, atau minimal buat cicilan motor baru. Tapi
jangan heran kalau ada guru yang mulai ngitung hari lebih rajin daripada
ngitung murid, soalnya nunggu transferan.
Bayangin: “Anak-anak, hari ini kita belajar matematika.
Pertanyaan pertama: kalau insentif Rp300 ribu dikali 7 bulan, totalnya berapa?
Ya benar, Rp2,1 juta. Ingat ya, itu gaji Pak Guru, jangan lupa doakan cair
tepat waktu.”
4. Program Indonesia Pintar (PIP)
Ada 18,5 juta siswa dapat bantuan. Wah, angka fantastis!
Bayangin kalau semua murid ini bareng-bareng antre di depan bank. Bisa-bisa
teller langsung resign massal.
Tapi yang paling seru tentu beasiswa ADEM—beasiswa yang
namanya mirip nama warung kopi. Jadi kalau ada anak yang ditanya, “Kamu
sekolahnya bayar pakai apa?” bisa jawab santai: “Bayar pakai ADEM, jadi hati
juga ikutan adem.”
5. Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)
Rp59,3 triliun disalurkan untuk operasional. Bahasa
gampangnya: buat beli spidol, kapur, listrik, sampai kipas angin kelas biar
murid enggak kepanasan. Tapi kalau uangnya telat cair, biasanya sekolah punya
cara kreatif: pakai papan tulis bekas kardus mie instan, atau kipas manual ala
tangan wali kelas.
6. Tunjangan Guru ASN
Nah, ini program favorit. Guru ASN dapat tunjangan profesi, tunjangan tambahan penghasilan, dan tunjangan khusus. Jadi kalau ada murid nanya, “Bu, kenapa Ibu semangat sekali masuk kelas hari ini?” Jawabannya simpel: “Nak, karena DAK baru cair.”
Penutup
Intinya, enam program ini memang bikin kita optimis.
Pendidikan kita makin maju, guru makin sejahtera, murid makin pintar, dan
pejabat makin sering konferensi pers.
Cuma harapan rakyat sederhana aja: jangan sampai anggaran
Rp181 triliun itu habis buat beli “spidol emas” yang katanya tahan air, tahan
api, tapi sayangnya enggak tahan di dompet rakyat.
Karena pada akhirnya, pendidikan bukan cuma soal tunjangan
cair atau kuota internet gratis. Pendidikan sejati adalah ketika murid bisa
jawab ujian tanpa perlu bisik-bisik, dan guru bisa belanja bulanan tanpa harus
nunggu SK turun.
abah-arul.blogspot.com., Sepetember 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.