Sabtu, 13 September 2025

*ADHD: Superpower yang Terselubung (dan Dunia Modern yang Bikin Kita Semua Mirip Penderita)

Coba jujur sebentar: berapa kali Anda membuka ponsel hanya untuk mengecek pesan, tapi akhirnya menonton video kucing pakai topi koboi selama 2 jam? Kalau sering, selamat—mungkin Anda bukan ADHD, tapi “korban dunia modern.”

Tulisan ini bilang, 90% orang yang merasa dirinya ADHD sebenarnya cuma “salah alamat.” Dunia kita sekarang memang didesain untuk bikin otak mirip popcorn: meletup setiap detik. Ada 100+ pemicu dopamin sehari, dari notifikasi ting! WhatsApp sampai godaan diskon kilat. Jadi jangan heran kalau semua orang merasa otaknya bocor seperti saringan teh bolong.

Jadi, Apa Itu ADHD Sebenarnya?

Bukan penyakit mental yang perlu diperbaiki dengan obeng dan lem super. Secara klinis, ADHD adalah masalah regulasi dopamin dan korteks prefrontal (alias si bagian otak yang seharusnya jadi “manajer proyek hidup kita”).

Masalahnya ada tiga:

  1. Dopamin rendah: Tugas membosankan = otak bilang, “nggak ada reward, ngapain capek-capek?” Akhirnya yang datang cuma penundaan, rasa bersalah, dan burnout.
  2. Korteks prefrontal lemah: Susah bikin prioritas, gampang terdistraksi, menunda kepuasan, bahkan lebih susah daripada nahan lapar pas lagi puasa.
  3. Default Mode Network nyangkut: Harusnya mode ini dipakai buat melamun, eh malah kebawa saat kerja. Hasilnya: baca satu halaman buku bisa lima kali, mulai sepuluh hal tanpa satupun selesai.

Tapi Tenang, Ada Trik Superpower!

  1. Gunakan struktur eksternal: Jangan andalkan “motivasi dalam hati” (itu mitos). Pakai time-blocking, checklist, alarm yang bunyinya kayak sirine kebakaran, atau ajak teman duduk biar serasa ada CCTV hidup (body doubling).
  2. Aktifkan dopamin sebelum kerja: Jalan kaki cepat, mandi dingin (bonus: tetangga ngira Anda kerasukan ninja), atau putar musik semangat sambil goyang dikit.
  3. Kerja ritme, bukan maraton: 45 menit fokus → 15 menit istirahat tanpa layar. Ulangi. Jangan sok heroik kerja 8 jam non-stop, nanti otak meleleh.
  4. Kurangi gesekan: Meja kerja bersih, browser cuma satu tab (ya, satu, bukan 87 tab “penting”), HP di ruangan lain. Ingat: semakin banyak langkah untuk mulai, semakin besar alasan untuk nggak mulai.
  5. Nootropik cerdas: Lupakan minuman energi. Coba jamur Lion’s Mane—katanya bisa bikin otak makin tajam, bukan makin gemetar.

Kesimpulan

ADHD itu bukan “kurang fokus,” tapi “susah mengatur fokus.” Ironisnya, saat ada tekanan atau hal baru, orang dengan ADHD justru bisa hyperfocus sampai bikin orang lain iri. Dengan protokol yang tepat, kondisi ini bisa jadi superpower—bukan kelemahan.

Jadi kalau Anda merasa ADHD karena sering terdistraksi, mungkin bukan otak Anda yang rusak. Bisa jadi hanya dunia modern yang terlalu ramai seperti pasar malam. Bedanya, pasar malam ada sate dan odong-odong. Dunia modern? Hanya notifikasi dan rasa FOMO.

* ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, yang dalam bahasa Indonesia berarti Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas.

Kalimat "Jadi, Apa Itu ADHD Sebenarnya? Bukan penyakit mental yang perlu diperbaiki dengan obeng dan lem super. Secara klinis, ADHD adalah masalah regulasi dopamin dan korteks prefrontal" dapat ditafsirkan sebagai berikut:

ADHD bukan sekadar penyakit mental atau gangguan yang harus “diperbaiki” secara mekanis atau instan seperti memperbaiki mesin dengan obeng dan lem super. Secara medis, ADHD adalah kondisi gangguan pada cara otak mengatur neurotransmitter dopamin dan aktivitas bagian otak yang disebut korteks prefrontal, yang berperan dalam kontrol perhatian, perencanaan, dan pengendalian impuls.

abah-arul.blogspot.com., September 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.