Jumat, 19 September 2025

Ketika Observability dan Analytics Ketemu di Jembatan Cinta

Selama ini, observability dan analytics itu ibarat dua tetangga yang rumahnya bersebelahan tapi gengsi menyapa. Yang satu sibuk pasang CCTV buat ngawasin tiap maling ayam (observability), yang satu lagi sibuk bikin grafik Excel warna-warni biar kelihatan pintar di rapat (analytics). Dua-duanya penting, tapi anehnya mereka kayak tinggal di pulau berbeda, dipisahkan lautan ego dan kabel LAN.

Nah, muncullah Sierra, si mak comblang teknologi. Mereka mikir, “Ngapain bikin dua pulau kalau bisa disambungin dengan satu jembatan? Lebih hemat semen.” Jembatan ini namanya ClickHouse. Bayangin kayak jembatan Suramadu, tapi khusus buat data, bukan buat motor ngebut tengah malam.

Agen AI: Dari Customer Service Jadi Dukun Digital

Sierra percaya masa depan bisnis itu bukan lagi kasir ramah atau CS yang bilang “Mohon maaf atas ketidaknyamanannya”, tapi agen AI yang bisa jawab semua pertanyaan—mulai dari “Kenapa alarm rumah bunyi sendiri?” sampai “Berapa lama lagi aku jomblo?”

Perusahaan besar sudah pakai:

  • CLEAR: Biar orang nggak tersesat di bandara sambil panik cari toilet.
  • ADT: Supaya alarm rumah nggak dianggap hantu tiap kali kucing lewat.
  • Sonos: Supaya orang bisa lebih cepat nyalain musik, bukan malah bengong baca manual tebal 200 halaman.

Pokoknya agen AI ini kayak pegawai toko yang nggak pernah ngantuk, nggak pernah minta THR, dan hafal semua SOP sampai ke titik koma.

Drama Dua Pulau: Observability vs Analytics

Di satu sisi, observability itu kayak satpam komplek: tugasnya ngawasin, ngitung error, pasang sirine kalau ada anomali.
Di sisi lain, analytics itu kayak pak RT: sibuk bikin laporan bulanan, survei warga, dan ngeramal tren 5 tahun ke depan.

Masalahnya? Satpam dan pak RT ini jarang ngobrol. Padahal kalau listrik mati, dua-duanya kena: satpam nggak bisa lihat CCTV, pak RT nggak bisa buka laptop.

ClickHouse hadir kayak mediator arisan: bikin semua data ngumpul di satu meja, pakai bahasa yang sama, SQL. Jadi nggak ada lagi drama salah paham, “Lho, kamu ngitung error per menit, aku per bulan. Kok hasilnya beda?”

ClickHouse: Dari Query Jadi Alarm

Sierra pakai ClickHouse bukan cuma buat bikin grafik kece, tapi juga buat alarm real-time. Jadi kalau ada error, sistem langsung kasih tahu. Bayangin kalau pacar bisa kayak gini: begitu kamu lupa balas chat 5 menit, langsung keluar notifikasi, “⚠️ Risiko putus meningkat 80%.”

Satu Pulau, Satu Bahasa

Visi akhirnya sederhana: observability dan analytics bukan lagi dua pulau asing, tapi satu pulau bahagia. Semua orang ngomong pakai bahasa yang sama: SQL. Manajer produk ngerti metrik sistem, insinyur ngerti KPI bisnis. Semua rukun, damai, dan bisa arisan bareng.

Jadi, kalau dulu data itu ribet kayak keluarga besar rebutan warisan, sekarang berkat ClickHouse semua bisa duduk manis di meja yang sama. Sierra sukses jadi juru damai, dan ClickHouse jadi panci besar tempat semua data dimasak jadi bubur kacang ijo—hangat, manis, dan bisa dimakan rame-rame.

Kesimpulan Jenaka

Artikel aslinya niatnya jualan ClickHouse, tapi kalau dibaca pakai kacamata humor, ini kayak cerita cinta:

  • Ada dua kubu yang gengsian (observability & analytics).
  • Ada mak comblang (Sierra).
  • Ada jembatan cinta (ClickHouse).
  • Ending-nya: semua happy, bisnis jalan, dan promonya ditutup dengan rayuan maut: “Coba ClickHouse Cloud gratis 30 hari.”

Alias: coba dulu, nagih kemudian.

abah-arul.blogspot.com., September 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.