Hari pertama jadi Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa langsung tampil di DPR bukan seperti menteri biasa yang penuh basa-basi, melainkan seperti dosen ekonomi yang nyasar ke stand-up comedy. Bedanya, yang dia bedah bukan kisah cinta mahasiswa, tapi ekonomi Indonesia dua dekade terakhir—dan semua disampaikan dengan gaya koboi: blak-blakan, ceplas-ceplos, dan siap menembak kebijakan yang dianggap ngawur.
Bayangkan suasana rapat Komisi XI DPR. Biasanya penuh dengan
jargon “demi rakyat” yang ujung-ujungnya rakyat juga bingung. Eh, tiba-tiba
Purbaya datang dengan gaya lugas, langsung bilang bahwa krisis 1998 itu bukan
cuma gara-gara Asia kacau, tapi karena Indonesia waktu itu bikin resep
kebijakan sekelas mie instan rasa durian: bunga bank naik 60% sambil uang
primer tetap dipompa. Hasilnya? Ekonomi megap-megap seperti ayam dicekik.
Lalu, ia memuji era SBY yang sukses melewati krisis 2008
dengan jurus “fiskal + moneter kompak”. Hasilnya? Pertumbuhan ekonomi 6% dan
sektor swasta jadi mesin turbo. Bandingkan dengan era Jokowi, katanya,
pertumbuhan rata-rata seret di bawah 5%. Uangnya ada, tapi malah ditabung di
Bank Indonesia. Pemerintah sibuk simpan duit, BI sibuk menyedot likuiditas,
swasta bingung mau ikut main atau tidur siang. Ekonominya jadi seperti becak:
bannya dua kempes, yang satu dipompa pemerintah, yang lain ditusuk sendiri oleh
BI.
Lalu, dengan gaya koboi yang bawa “revolver data,” Purbaya
kasih resep:
- Tarik
duit triliunan dari BI, masukkan ke bank biar bisa dipakai usaha.
- Suruh
BI berhenti jadi vacuum cleaner uang rakyat.
- Percepat
belanja APBN, jangan lagi jadi drama anggaran ngendon.
Singkatnya: biarkan swasta jalan sendiri, jangan dipasangin
remote control pemerintah.
Gaya bicaranya? Laksana dosen yang sudah capek kuliah tiga
jam tapi tetap ditanya, “Pak, masuk ujian nggak?” Ia pakai analogi: ekonomi
“dicekik”, mesin “pincang”, dan tentu saja menyebut dirinya “koboi”. Bedanya,
koboi ini bukan jago tembak di bar, tapi jago tembak pakai grafik dan tabel.
Politik DPR? Ya tentu banyak yang kaget. Biasanya menteri
baru datang penuh janji manis, ini malah langsung buka-bukaan soal borok masa
lalu. DPR yang biasa ngantuk mode on di rapat, kali ini dipaksa melek
karena takut kena semprot.
Apakah jurus koboi ini akan berhasil? Ya, itu masih misteri.
Eksekusi kebijakan ekonomi bukan duel cepat di bar, tapi maraton penuh jebakan
politik, koordinasi dengan BI, dan lobi-lobi DPR. Tapi setidaknya, sejak hari
pertama, Purbaya menunjukkan kalau ia tidak datang untuk basa-basi. Ia datang
untuk membongkar, menembak, dan kalau perlu—mengocok perut dengan humor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.