Jumat, 26 September 2025

Tesla: Iklan Mati, Meme Abadi

Mari kita mulai dengan pengumuman penting: iklan tradisional sudah wafat. Tolong jangan kirim karangan bunga ke agensi-agensi periklanan, karena mungkin mereka juga sedang sibuk bikin pitch deck "rebranding iklan jadi konten viral". Elon Musk sudah membuktikan hal itu. Tesla menjadi perusahaan otomotif paling berharga di dunia, padahal mereka bahkan tak pernah membeli slot iklan di televisi jam tayang sinetron.

Lalu bagaimana caranya Tesla bisa meledak?
Jawabannya: produk adalah iklan. Mobil Tesla yang meluncur di jalan ibarat billboard berjalan, tapi lebih keren karena bisa ngebut 0–100 km/jam dalam hitungan detik. Gratis promosi, tanpa perlu sewa papan reklame di simpang lima. Bayangkan kalau iklan sabun juga bisa dipakai meluncur di jalan raya—pasti sudah ludes stoknya.

Dan jangan lupakan aksi Musk di 2018: meluncurkan mobil pribadi ke luar angkasa. Bayangkan, sementara merek lain sibuk bikin iklan slow motion mobil melintasi hutan pinus, Musk memilih jurus: "kirim saja mobil ke orbit Matahari, kasih boneka astronot, putar lagu David Bowie, dan tulis 'Don't Panic'." Itulah iklan yang literally out of this world.

Tentu saja Musk sendiri adalah mesin iklan berjalan. Setiap kali ia nge-tweet, investor bisa panik, netizen bisa terbahak, dan jurnalis dapat bahan artikel. Ketika jendela Cybertruck pecah dalam demo, seluruh dunia menertawakan—dan hasilnya Tesla dapat $100 juta publisitas gratis serta 200 ribu pre-order. Rupanya, di era digital, gagal dengan gaya lebih menguntungkan daripada sukses tanpa cerita.

Strategi Tesla pun makin absurd tapi berhasil:

  • Scarcity: Pre-order Model 3 dibuka jauh sebelum pabriknya siap. Setengah juta orang rela bayar deposit hanya untuk "menjadi bagian masa depan". Itu lebih dahsyat daripada orang antre iPhone baru, karena kalau iPhone kosong baterainya, paling tinggal dicharge. Kalau Tesla kosong baterainya di jalan tol… ya, selamat datang drama derek.

  • Direct sales: Tak perlu dealer. Tinggal klik di website, mobil datang seperti pizza. Bedanya, topping-nya berupa autopilot.

  • Easter egg marketing: Dari mode kentut sampai Santa mode. Bayangkan, perusahaan mobil lain sibuk pamer horsepower, Tesla sibuk bikin mobil bisa bersendawa digital. Dan anehnya, itu justru jadi berita internasional.

Namun, strategi ini bukannya tanpa risiko. Semua bergantung pada Musk. Kalau mood beliau naik, saham ikut terbang. Kalau beliau debat kusir di X dengan mantan presiden, saham bisa anjlok 16% sehari, menghapus ratusan miliar dolar. Itu bukan volatilitas saham, tapi lebih mirip roller coaster di Dufan.

Jadi, apa pelajaran yang bisa kita petik?
Kalau ingin sukses, buatlah produk yang tak mungkin diabaikan. Entah itu mobil listrik, atau sekadar odading Mang Oleh dengan tagline "rasanya anjay". Yang penting: jangan membosankan.

Karena di dunia sekarang, iklan mati…
Tapi meme? Meme akan hidup selamanya.
abah-arul.blogspot.com., September 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.