Pernahkah Anda merasa dunia kesehatan itu seperti drama sinetron? Ada tokoh dokter Harvard yang ganteng-pintar, ada ibu beliau yang jadi “pahlawan super” melawan kanker, ada tokoh jahat bernama “Big Pharma”, plus cameo tak terduga: tomat, kopi, dan stroberi. Selamat datang di serial kesehatan paling heboh: Doctor Lee vs Kanker Stadium 4!
Dr. William Lee datang dengan kabar bombastis: kanker
stadium 4 bisa berubah jadi stadium 0 hanya dalam 9 minggu. Wow. Kalau benar,
maka harapan umat manusia tidak lagi terletak pada kantong obat yang harganya
setara dengan motor bekas, tapi pada sistem imun kita sendiri. Bayangkan tubuh
kita punya pasukan “tentara super”—lengkap dengan armor, pedang laser, dan
soundtrack Avengers. Sayangnya, kita sering lupa kasih mereka asupan gizi.
Tentara lapar, ya mana bisa perang?
Ternyata, setiap hari tubuh kita bikin 10.000 kanker mini.
Ibarat fotokopi yang kertasnya nyangkut, selalu ada hasil “cacat produksi.”
Untungnya, tubuh sudah dilengkapi sistem pembersih otomatis—mirip vacuum
cleaner ajaib yang bisa mengisap sel nakal sebelum keburu bikin rusuh.
Masalahnya, kalau sistem imun kita malas kayak satpam komplek yang ketiduran di
pos, ya bisa kebobolan.
Nah, kabar baiknya: ternyata ada lebih dari 200 makanan yang
bisa bikin kanker ngos-ngosan. Stroberi, teh hijau, sampai anggur merah katanya
bisa memutus pasokan darah ke tumor. Jadi kalau Anda ketahuan nyemil anggur
merah, bilang aja itu “terapi anti-kanker,” bukan alasan biar tidur nyenyak.
Tapi tunggu dulu—plot twist! Setiap minggu, katanya kita
makan plastik seukuran kartu kredit. Jadi bayangkan di dalam tubuh kita ada
BCA, Mandiri, sampai kartu diskon Alfamart mini. Dan kalau plastik ini nyangkut
di pembuluh darah, risiko kena serangan jantung bisa naik 400%. Wah, ini jelas
ancaman baru: bukan lagi “serangan fajar,” tapi “serangan plastik.”
Lalu muncul bintang tamu lainnya: bakteri usus bernama Akkermansia
mucinophila. Kedengarannya seperti nama villain di film Marvel, tapi justru
dialah sidekick setia imunoterapi. Dia bisa ditingkatkan dengan makan delima,
cranberry, dan cabai. Jadi kalau habis makan sambal terus perut mules, jangan
salahkan tukang pecel lele—anggap saja itu latihan meningkatkan koloni
superhero usus.
Belum cukup heboh, kopi juga ikut nimbrung. Katanya minum
3–4 cangkir sehari bisa mengaktifkan “lemak cokelat” yang bakar lemak jahat.
Jadi tubuh Anda berubah jadi oven portable. Cuma hati-hati, kalau kebanyakan
kopi, bukannya bakar lemak, malah bakar saraf: deg-degan, mata melotot, dan
bikin Anda merasa bisa menulis skripsi 3 bab sekaligus dalam semalam.
Dan jangan lupakan tomat. Si bulat merah ini bisa menurunkan
risiko kanker prostat sampai 29%. Jadi bagi para bapak, rajin-rajinlah makan
tomat masak. Bayangkan setiap suapan saus tomat di mi instan Anda sedang
memutus aliran darah ke tumor. Betul-betul “pahlawan tanpa tanda jasa.”
Namun tentu saja, semua kisah ini punya bumbu konspirasi:
katanya Big Pharma sengaja nyembunyiin rahasia makanan ajaib ini, biar orang
tetap beli obat mahal. Ya, mungkin benar, mungkin juga cuma cocoklogi. Yang
jelas, kalau kesehatan bisa dijaga dengan makan stroberi dan tomat, minum kopi,
plus sedikit sambal, kenapa kita harus repot-repot jadi kolektor kartu kredit
plastik dalam tubuh?
Kesimpulannya: hidup sehat ternyata bisa sesederhana isi kulkas. Kalau tubuh kita ibarat pasukan superhero, makanan sehat adalah senjatanya, sementara Big Pharma mungkin cuma produsen properti film yang ingin kita terus beli tiket bioskop. Jadi, mari kita rawat tentara imun kita dengan asupan yang tepat—karena siapa tahu, di dalam diri kita sedang berlangsung film Marvel paling epik yang belum pernah ditonton siapa pun.
abah-arul.blogspot.com., September 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.