Mari jujur: hidup modern ini mirip aplikasi HP—semakin canggih, semakin bikin baterai cepat habis. Stres dianggap wajar, bahkan kadang dijual dalam bentuk “motivasi hustle”. Padahal, itu ibarat pakai parfum buat nutupin bau sampah: wanginya sebentar, tapi kalau tong sampah nggak dibuang, ya tetap saja ambyar.
Nah, tulisan ini mengusulkan cara lebih cerdas: bukan
sekadar positive thinking, tapi positive wiring—alias
mengutak-atik sistem saraf kita. Kuncinya? Aktivasi parasimpatis. Biar gampang,
bayangkan sistem saraf itu remote TV: simpatis itu tombol “drama Korea penuh
tangisan”, parasimpatis itu tombol “film healing dengan musik gamelan”.
1. Napas Panjang: Murah, Meriah, tapi Jangan Jadi
Satu-satunya Senjata
Katanya, memperpanjang hembusan napas bisa bikin otak
tenang. Betul, tapi kalau itu saja andalanmu, siap-siap frustrasi. Itu seperti
nyoba menguras lautan pakai sendok sayur. Bisa sih… kalau punya waktu 2000
tahun. Jadi, napas panjang oke, tapi bukan solusi tunggal.
2. Lima Jebakan Kehidupan: Versi Singkat dan Satir
- Jebakan
1 (Lingkaran Terbuka Sehari-hari): Deadline menumpuk, chat WA belum
dibalas, dan list “to-do” panjangnya kayak struk belanja Indomaret.
- Jebakan
2 (Lingkaran Terbuka Primal): Keyakinan masa kecil yang masih nempel,
contohnya: “Aku baru berharga kalau ranking 1.” Padahal sekarang ranking 1
cuma penting di Shopee flash sale.
- Jebakan
3 & 4 (Lingkungan & Tubuh): Percuma meditasi kalau tinggalnya
di kos sebelah proyek pembangunan 24 jam, atau kalau gula darah naik-turun
kayak roller coaster Dufan.
- Jebakan
5 (Fokus Mental): Fokus terus ke masalah itu kayak mantengin jerawat
di kaca pembesar—ujung-ujungnya malah makin stres.
3. Literasi Sistem Saraf: Bahasa Tubuh Lebih Jujur
daripada Caption Instagram
Tubuh sering ngasih kode: leher kaku, perut melilit, kepala
berat. Tapi kebanyakan kita pura-pura bebal: “Ah, cuma kurang kopi.” Padahal
tubuh lagi bilang: “Bro, ini sinyal bahaya, bukan undangan ngopi.” Belajar
mendengar bahasa tubuh = belajar jadi penerjemah resmi sistem saraf.
4. Dari Bertahan Hidup ke Bertumbuh
Intinya sederhana: stres itu masalah sistemik, bukan sekadar
mood. Kalau ingin berkembang, bukan cuma bertahan, kita mesti berani reset
hidup. Jangan cuma nyalakan mode “survival”, tapi aktifkan mode “enjoy
life”—alias bukan hanya hidup, tapi hidup santai dengan WiFi stabil.
Penutup Jenaka
Carl Jung pernah bilang, “Yang tidak sadar harus dibuat
sadar.” Kalau mau dipelesetkan: “Yang tidak sadar… tolong dibangunkan, mungkin
cuma ketiduran.” Jadi, yuk belajar bahasa tubuh kita, biar nggak salah
terjemah. Siapa tahu, setelah ini, hidup terasa lebih ringan—kayak upgrade
paket internet unlimited, tapi untuk sistem saraf kita sendiri.
abah-arul.blogspot.com., September 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.