Pernah bingung antara zikir dan wirid? Tenang, bukan cuma Anda. Banyak orang sudah bolak-balik tasbih tapi tetap merasa bingung, “Ini tadi saya zikir apa wirid, ya?”
1. Zikir: Ingat, Bukan Sekadar Sebut
Zikir itu simpel: artinya ingat. Kalau kita ingat Allah, itu namanya zikir. Kalau ingat mantan? Nah, itu jelas bukan zikrullah—meski sama-sama bikin hati bergetar.
Zikir itu kunci surga. Kalau pintunya megah berlapis emas,
jangan harap bisa dibuka dengan kunci murahan. Jadi kalau ada kunci model kunci
laci bisa dipakai, pasti itu bukan pintu Firdaus.
2. Wirid: Latihan Repetitif ala Pohon Bonsai
Nah, wirid ini level berikutnya. Bacaan zikir yang
diulang-ulang untuk tujuan tertentu. Kalau sekali baca, masih zikir. Kalau
dibaca berulang, jadi wirid. Kalau banyak wirid dikoleksi, namanya aurad—kayak
koleksi kartu, tapi versi rohani.
Wirid ini kayak nanam pohon:
- Dari
biji jadi kecambah.
- Dirawat
tiap hari, jangan dicabut pas masih imut-imut.
- Kalau
baru muncul dua daun langsung dipetik, ya pohonnya stress dan mogok
berbuah.
Begitu juga wirid: jangan buru-buru dipakai buat minta hal
remeh macam “biar ayam tetangga nggak berkokok subuh-subuh.”
3. Rahasia Wirid: Jangan Ngerusak Pohon Sendiri
Pohon wirid itu sensitif. Kalau dirusak penyakit hati
seperti ujub, sombong, atau bangga diri, tamatlah sudah. Sama saja kayak siram
pohon pakai oli bekas—bukannya subur, malah mati suri.
Dan ingat, jangan habis wirid langsung panik minta ini-itu
ke Allah. Itu ibarat habis nanam mangga, terus marah-marah kok belum ada jus
mangganya.
4. Zikir Abu Bakar: Bau Domba Goreng
Rahasia Abu Bakar bukan pada banyaknya salat, puasa, atau
sedekahnya, tapi karena ada rahasia zikir yang melekat di
hatinya. Kalau hati sudah klik sama Allah, jangankan gorengan, napas pun jadi
ibadah.
5. Kesimpulan
- Zikir
= ingat Allah.
- Wirid
= pengulangan zikir, harus istiqamah.
- Aurad
= kumpulan wirid, bukan nama band indie religi.
- Istiqamah
= jangan cabut kecambah, jangan sombong, jangan buru-buru.
Kalau semua dijaga, hati kita akan punya “pohon zikir” yang
buahnya manis—dan gratis, tanpa harus ikut preorder di e-commerce.
Kebahagiaan sejati yang manis dan abadi
itu tidak bisa dibeli dengan uang. Ia adalah hasil dari upaya kita membersihkan
dan memelihara hati dengan selalu mengingat Allah (berzikir), bukan dengan
mengejar hal-hal material yang bersifat sementara.
abah-arul.blogspot.com., September 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.