Pernahkah Anda bermimpi jadi sultan dengan 77 istri, 99 mobil sport, dan saldo ATM yang kalau dicek bunyinya “ting-ting-ting” kayak mesin arcade? Rasanya nyata sekali, bukan? Tapi tiba-tiba emak membangunkan, “Woy, bangun! Udah Subuh, jangan kayak batu!” Seketika semua lenyap. Sakitnya tuh… bukan di badan, tapi di hati.
Nah, kata sang kyai, hidup di dunia ini persis seperti itu: kita
sedang bermimpi. Bedanya, mimpi dunia sering penuh ilusi: harta, jabatan,
popularitas, atau sekadar scroll TikTok sampai lupa waktu. Kita merasa semua
ini nyata, padahal hanya fatamorgana kosmik.
Lalu apa itu kematian? Menurut beliau, kematian bukanlah game
over, melainkan game start. Saat itulah kita “bangun” dari mimpi
dunia dan masuk ke realitas sejati: akhirat. Kalau dunia ini hanya trailer
film, maka kematian adalah pintu menuju tayangan utama.
Masalahnya, banyak orang justru sibuk menghias mimpi:
upgrade rumah, beli skin ML, atau berlomba-lomba viral. Padahal, begitu alarm
kosmik berbunyi—alias malaikat Izrail menjemput—semua itu lenyap. Yang terbawa
hanya iman, amal, dan niat tulus yang sering kita abaikan.
Di sinilah inti pesan sang kyai:
- Dunia
hanyalah mimpi sementara. Jangan terlalu terbuai.
- Kematian
adalah kebangunan. Kita akan menghadapi realitas akhirat yang jauh
lebih nyata daripada dunia.
- Gunakan
hidup untuk persiapan. Bukan sekadar menambah koleksi harta, tapi
menambah bekal amal.
Jadi, kalau dunia ini mimpi, maka akhirat adalah realitas
8K tanpa filter. Jangan sampai kita terbangun dalam keadaan panik karena
bekal masih nol koma sekian. Hidup di dunia memang sebentar, tapi cukup untuk
menyiapkan perjalanan panjang.
Maka, bercerminlah: apakah kita masih sibuk tidur pulas
dalam mimpi dunia, atau sudah mulai belajar bangun sebelum alarm terakhir
berbunyi?
abah-arul.blogspot.com., September 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.