“Assalamualaikum, Kiai!”
“Waalaikumsalam, ”
Begitulah pembuka serial ceramah ini, selalu rapi, sopan, tapi begitu masuk isi… kadang bikin kita antara merenung atau malah ngakak sendiri. Kali ini temanya serius banget: kenapa rezeki susah masuk.
1. Kalau Rezeki Ditanggung Polisi
Kata Kiai, rezeki itu simpel: tinggal dekatkan diri ke pemberinya. Kalau Allah yang ngasih ya dekat ke Allah. Tapi Kiai nyeletuk, “Kalau rezeki ditanggung polisi, ya dekat ke polisi. Kalau ditanggung bupati, ya dekat ke bupati.”
Lah, masalahnya, kalau rezeki macet padahal sudah rajin dekat ke polisi, mungkin ada hal lain yang belum beres. Bisa jadi ada urusan pribadi yang mengganjal atau kesalahan yang belum diselesaikan. Kalau begitu, jangankan rezeki, urusan tilang parkir pun bisa ikut berlarut-larut!
2. Allah Tak Bisa Ditakut-Takuti
Ada juga yang nanya ke Kiai: “Kiai, amalan apa yang bisa bikin Allah langsung kabulkan semua keinginan kita?”
Kiai jawab, “Lho, emangnya Allah itu tetanggamu yang bisa ditakut-takuti dengan muka sangar?!”
Bayangkan kalau ada orang pamer: “Saya sudah wirid seribu kali, jadi Allah harus tunduk sama saya.”
Kiai sampai geleng-geleng, “Lha Allah itu yang bikin semesta raya, masak bisa disogok pakai wiridanmu? Kayak nyogok satpam komplek aja.”
3. Kutu, Kutunya Kutu, dan Kita
Penjelasan paling bikin senyum-senyum adalah saat Kiai membandingkan kita dengan kutu. Katanya, bumi saja di mata Allah cuma sebesar kutu. Nah, kita dibanding bumi? Ya otomatis kutunya kutu.
Jadi kalau ada orang yang sombong merasa bisa “ngatur” rezeki, itu sama saja kayak kutu beras ngatur pabrik beras. Mau nuntut royalti pula.
4. Rezeki Itu Kayak Hujan
Rezeki, kata Kiai, seperti hujan deras. Mau kamu minta atau tidak, asal nggak pakai payung dosa, pasti kebasahan. Tapi kalau kamu maksiat, itu sama saja pasang tenda gede di atas kepala. Akhirnya yang lain kuyup, kamu malah kering kerontang.
Ada juga yang rezekinya deras tapi jadi malapetaka, ibarat banjir bandang. Duitnya numpuk, tapi habis buat obat sakit ginjal, cicilan tiga motor, sama renovasi rumah karena plafon jebol.
5. Bayi Saja Dapat Rezeki
Contoh paling lucu: bayi yang baru lahir. Belum bisa kerja, belum punya KTP, bahkan nama saja belum ada, tapi orang-orang pada datang bawa bedak, selimut, dan minyak telon. Itu artinya, rezeki memang dihantarkan, bukan dikejar sampai ngos-ngosan. Jadi kalau ada orang dewasa ngeluh, “Susah banget cari rezeki,” mungkin jawabannya simpel: ya jangan kalah sama bayi!
6. Syukur Itu Password Rezeki
Ujungnya jelas: rezeki itu milik Allah, bukan hasil mutlak otot kita. Bedanya orang beriman dan yang tidak beriman, kata Kiai, sederhana: yang beriman bersyukur meski sedikit, yang tak beriman protes meski banyak.
Kiai menutup dengan tegas: “Kalau kau ingkar, hukumannya bukan melarat saja, tapi rezeki dicabut berkahnya. Dapat duit, tapi habis buat bayar utang, beli obat, atau ketipu investasi bodong. Nah, itu azab versi ekonomi.”
Kesimpulan Jenaka
Jadi, kalau rezekimu seret:
-
Jangan-jangan kamu pernah salah sama polisi (apalagi istrinya).
-
Ingatlah, kita ini cuma kutunya kutu, jangan sok jagoan.
-
Jangan kalah sama bayi—dia saja bisa dapat minyak telon tanpa kerja.
-
Dan yang paling penting: syukur itu password, sedangkan sombong itu firewall.
Kalau semua ini masih belum mempan, ya tinggal satu solusi terakhir: taubat plus sabar ngopi di warung sambil nunggu hujan rezeki turun.
abah-arul.blogspot.com., September 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.