Minggu, 20 Juli 2025

“Raksasa yang Cuma Dapat Recehan: Sebuah Renungan Ringan tapi Berat”


Indonesia itu raksasa. Beneran. Badannya gede—269 juta kepala dari ujung Merauke sampai Sabang. Tanahnya pun luas, kalau ditarik pakai karet gelang dari peta, bisa bikin orang Finlandia ngos-ngosan lari kelilingnya. Tapi lucunya, raksasa ini bukan raksasa yang menakutkan seperti di film Marvel. Lebih mirip raksasa baik hati... yang sayangnya, dompetnya tipis.

Gita Wirjawan, mantan menteri yang sekarang hobi merenung sambil nulis buku, bilang bahwa Indonesia cuma dapet USD 116 per kapita dari FDI alias investasi asing langsung. Itu lho, duit dari luar negeri yang masuk ke sini, bukan buat beli mic di TikTok Shop, tapi buat bikin pabrik, lapangan kerja, dan harapan masa depan.

USD 116? Seratus enam belas dolar? Itu kalau dirupiahkan (kurs 2025: anggap aja 16 ribu), ya sekitar Rp1,8 juta per orang per tahun. Duit segitu... paling mentok bisa beli rice cooker, dua kilo beras, dan pulsa buat ikut webinar investasi yang bilang, “Mulailah dari hal kecil.” Lah iya, ini negara udah mulai dari hal kecil banget.

Padahal kalau Indonesia ini ibarat warteg, lokasinya strategis banget. Di pojokan perempatan Asia Tenggara. Dilewati banyak orang, punya menu lengkap (tambang ada, sawit ada, laut ada, tenaga kerja numpuk), tapi entah kenapa pembeli cuma beli teh tawar.

Kenapa?

Nah, ini pertanyaan berat yang jawabannya sering kali diendapkan dulu kayak kopi tubruk. Tapi Pak Gita udah kasih clue: alasan sederhana. Nah loh, sederhana katanya. Tapi jangan-jangan sesederhana "pelayan wartegnya judes" atau "menu gak update", alias iklim investasi yang masih bikin investor mikir dua kali sebelum masuk. Jalan rusak, birokrasi ruwet, hukum gak pasti, dan kadang investor luar negeri bingung: ini negara pengen investasi apa pengen ngebingungin investor?

Maka dari itu, Pak Gita nulis buku: “What It Takes: Southeast Asia”. Judulnya kayak film motivasi, isinya renungan. Saya belum baca sih, tapi yakin isinya banyak menggelitik. Soalnya kalau beliau nulis status aja udah bikin mikir, apalagi buku.

Jadi mari kita renungkan bersama:
Raksasa itu seharusnya bisa lari maraton, bukan nyangkut di got karena sepatunya salah ukuran. Kita ini besar, iya. Tapi besar itu belum tentu lincah. Kadang perlu sepatu pas, pelatih yang waras, dan peta jalan yang gak cuma jadi infografis Instagram.

 

Penutup ringannya:
Indonesia itu bukan kurang potensi, tapi mungkin lagi salah fokus. Jadi mari kita bantu raksasa ini bukan cuma bangun dari tidur, tapi juga daftar kursus manajemen keuangan, biar USD 116 itu jadi sekadar kenangan. Masa depan terlalu luas untuk digantungin sama angka segitu.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.