Senin, 28 Juli 2025

"Mencari Diponegoro di Dompet, Tapi yang Ada Cuma Struk Indomaret"

Tahukah Anda siapa Diponegoro? Kalau jawabannya “Itu yang mukanya nongol di uang kertas Rp5.000,” maka selamat—Anda adalah korban dari sistem pendidikan nasional yang lebih sibuk menghafal letak benua Australia daripada memahami siapa pahlawan nasional yang diasingkan karena terlalu spiritual buat penjajah.

Peter Carey, orang bule yang lebih tahu sejarah Diponegoro daripada kita yang lahir di Jawa, pernah bilang: “Kalau kamu lupa sejarahmu, kamu akan dijajah lagi—atau minimal jadi konten clickbait di TikTok.”

Kolonialisme: Sudah Pergi, Tapi Meninggalkan Oleh-oleh

Belanda sudah angkat kaki sejak 1945 (walau sempat drama balik lagi kayak mantan di 1947), tapi warisannya abadi: mulai dari arsitektur lawas sampai sistem birokrasi yang ruwet dan budaya korup yang lebih lengket dari lem Korea. Kita bilang kita merdeka, tapi kenapa pas ngurus KTP masih rasanya kayak ujian nasional?

Padahal Diponegoro dulu gak main-main. Beliau itu spiritual warrior: rajin ngaji, jago strategi, dan tidak pernah tergoda amplop. Coba bandingkan dengan elite masa kini yang kadang lebih sibuk selfie di forum internasional daripada nyambungin pipa air di desa.

Sejarah Itu Kaya Vitamin

Tahukah kamu vitamin B1 ditemukan di Batavia (sekarang Jakarta)? Tapi masyarakat kita lebih akrab dengan “B1” sebagai kode daging aneh di warung pinggir jalan. Ironisnya, meskipun Nobel pernah mampir lewat nama Eijkman, kita malah bangga dapat subscriber YouTube 1 juta.

Lalu, mengapa kita lebih tahu siapa pacar terbaru selebgram daripada kisah Diponegoro yang ditulis dengan air mata (dan tinta) di pengasingan? Jawabannya ada di kurikulum, bos. Sejarah kita disajikan kayak rendang instan: cuma permukaannya, padahal bumbu aslinya ada di balik narasi buatan kolonial.

Mimpi Pahlawan, Kenyataan TikTokers

Kita butuh pemimpin spiritual, katanya. Tapi apa yang kita punya? Pemimpin yang spiritual sekali—dalam artian, suka menghilang seperti arwah saat rakyat butuh kejelasan. Diponegoro bertapa di goa demi revolusi, sementara kita bertapa di kamar karena kejebak PPKM.

Kalau Diponegoro hidup hari ini, mungkin dia akan bikin podcast: “Ngaji Politik Bareng Pangeran”, dengan tagline: "Dari Goa ke Gedung DPR, Perjalanan Spiritual Tanpa Sponsor."

Tips Melawan Amnesia Sejarah

  1. Jangan cuma baca sejarah dari buku paket.
  2. Jangan percaya film sejarah yang lebih banyak efek slow motion daripada akurasi fakta.
  3. Googling "Babad Diponegoro" di sela-sela scroll Reels.

Karena apa gunanya hafal chord gitar Dewa 19 kalau tidak tahu apa yang Diponegoro perjuangkan? Apa gunanya tahu sejarah BTS kalau nggak tahu siapa yang ngusir VOC dari tanah Jawa?

Penutup:

Kita ini bangsa besar yang pernah punya spiritual warrior. Tapi hari ini, kita lebih bangga jadi digital warrior—asal trending, asal viral. Padahal, viralitas tak bisa menggantikan jati diri.

Jadi, mari cari Diponegoro—bukan di dompet, tapi di hati. Kalau masih belum ketemu, coba cek lemari buku… atau tanya Peter Carey.

abah-arul.blogspot.com., Juli 2025

 

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.