Peter Carey, orang bule yang lebih tahu sejarah Diponegoro
daripada kita yang lahir di Jawa, pernah bilang: “Kalau kamu lupa sejarahmu,
kamu akan dijajah lagi—atau minimal jadi konten clickbait di TikTok.”
Kolonialisme: Sudah Pergi, Tapi Meninggalkan Oleh-oleh
Belanda sudah angkat kaki sejak 1945 (walau sempat drama
balik lagi kayak mantan di 1947), tapi warisannya abadi: mulai dari arsitektur
lawas sampai sistem birokrasi yang ruwet dan budaya korup yang lebih lengket
dari lem Korea. Kita bilang kita merdeka, tapi kenapa pas ngurus KTP masih
rasanya kayak ujian nasional?
Padahal Diponegoro dulu gak main-main. Beliau itu spiritual
warrior: rajin ngaji, jago strategi, dan tidak pernah tergoda amplop. Coba
bandingkan dengan elite masa kini yang kadang lebih sibuk selfie di forum
internasional daripada nyambungin pipa air di desa.
Sejarah Itu Kaya Vitamin
Tahukah kamu vitamin B1 ditemukan di Batavia (sekarang
Jakarta)? Tapi masyarakat kita lebih akrab dengan “B1” sebagai kode daging aneh
di warung pinggir jalan. Ironisnya, meskipun Nobel pernah mampir lewat nama
Eijkman, kita malah bangga dapat subscriber YouTube 1 juta.
Lalu, mengapa kita lebih tahu siapa pacar terbaru selebgram
daripada kisah Diponegoro yang ditulis dengan air mata (dan tinta) di
pengasingan? Jawabannya ada di kurikulum, bos. Sejarah kita disajikan kayak
rendang instan: cuma permukaannya, padahal bumbu aslinya ada di balik narasi
buatan kolonial.
Mimpi Pahlawan, Kenyataan TikTokers
Kita butuh pemimpin spiritual, katanya. Tapi apa yang kita
punya? Pemimpin yang spiritual sekali—dalam artian, suka menghilang
seperti arwah saat rakyat butuh kejelasan. Diponegoro bertapa di goa demi
revolusi, sementara kita bertapa di kamar karena kejebak PPKM.
Kalau Diponegoro hidup hari ini, mungkin dia akan bikin
podcast: “Ngaji Politik Bareng Pangeran”, dengan tagline: "Dari Goa ke
Gedung DPR, Perjalanan Spiritual Tanpa Sponsor."
Tips Melawan Amnesia Sejarah
- Jangan
cuma baca sejarah dari buku paket.
- Jangan
percaya film sejarah yang lebih banyak efek slow motion daripada akurasi
fakta.
- Googling
"Babad Diponegoro" di sela-sela scroll Reels.
Karena apa gunanya hafal chord gitar Dewa 19 kalau tidak
tahu apa yang Diponegoro perjuangkan? Apa gunanya tahu sejarah BTS kalau nggak
tahu siapa yang ngusir VOC dari tanah Jawa?
Penutup:
Kita ini bangsa besar yang pernah punya spiritual warrior.
Tapi hari ini, kita lebih bangga jadi digital warrior—asal trending, asal
viral. Padahal, viralitas tak bisa menggantikan jati diri.
Jadi, mari cari Diponegoro—bukan di dompet, tapi di hati.
Kalau masih belum ketemu, coba cek lemari buku… atau tanya Peter Carey.
abah-arul.blogspot.com.,
Juli 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.