Pendahuluan
Organisasi masyarakat (ormas) seperti NU, Muhammadiyah,
sampai Majelis Taklim Emak-emak RT 04 kini punya tantangan baru: bagaimana
bikin anggotanya mandiri secara digital, bukan cuma mandiri saat buka
lapak lontong di acara haul.
Sayangnya, sebagian anggota masih berpikir TikTok itu
semacam obat batuk dan Instagram cuma untuk lihat anak seleb pamer outfit.
Padahal, dengan kuota 10GB dan semangat 45, siapa pun bisa jadi kreator
konten syariah rasa selebgram, asal niat dan nggak malu-maluin.
Peran Individu: Jangan Cuma Jadi Penonton, Jadilah
Penjual (atau Penceramah)
Mari kita luruskan niat. Kemandirian digital bukan berarti
tiba-tiba jadi Youtuber 1 juta subscribers, tapi cukup bisa jual produk
sendiri tanpa nanya: “Ini upload-nya jam berapa, biar rame?”
1. Personal Branding: Bukan Sekadar Pake Filter 'Langit
Ketiga'
Kalau kamu suka ngaji dan bisa masak, branding-lah jadi
“Ustaz Dapur.” Jangan gonta-ganti gaya: hari ini ceramah, besok review mukena
glowing, lusa bikin parodi sinetron. Followers bisa pusing, admin juga bisa
migrain.
Contoh sukses: Haji Bejo, dulunya tukang bakso, sekarang
punya akun Instagram @BaksoBerjamaah. Isinya? Ceramah sambil nguleg sambal.
Viral? Sudah pasti.
2. Cari Cuan, Jangan Cuma Cari Aman
- Sponsorship:
Kalau followers sudah rame, bisa ditawari endorse sarung anti-slip atau
minyak angin halal.
- Jualan
Online: Jualan peci rajutan, madu habbatussauda, atau sandal wudhu
anti nyelip. Tapi jangan jual ilmu palsu.
- Affiliate
Marketing: Bisa juga jadi duta sabun sunnah atau kopi santri. Asal
jangan jadi duta MLM yang pura-pura kajian.
3. Bangun Jaringan: Bukan Hanya di Majelis Ngaji
Jangan cuma follow akun pengurus masjid dan grup WA jamaah. Ikut komunitas digital, webinar konten, atau lomba caption Islami biar skill makin ciamik.
Peran Lembaga: Bukan Penjual Like, Tapi Penyuluh Logika
Jangan salah kaprah. Ormas itu bukan agen YouTube, juga
bukan warung Wi-Fi. Mereka cuma bisa memfasilitasi. Urusan viral, tetap di
tangan netizen dan algoritma.
1. Edukasi Digital: Bukan Cuma Ngaji Online
NU dan ormas lain bisa adakan pelatihan: dari “Bikin Konten
Ngaji Anti Ngantuk” sampai “Cara Masuk Explore Tanpa Joget-Joget.”
2. Kultur Saling Dukung: Bukan Saling Sindir
Mulai dari ajakan saling follow, komen yang supportif,
sampai challenge seminggu bikin konten dakwah. Siapa yang konsisten, dapet ring
light dan shout-out dari admin besar.
Jangan merasa kalah atau rugi ketika mem-follow sesama anggota. Itu bukan semata-mata menguntungkan mereka, melainkan bagian dari implementasi idkholussurur—menyenangkan hati saudara seiman adalah bentuk sodaqoh. Jadi, like-mu, follow-mu, bahkan emoji hati merahmu, bisa bernilai pahala kalau diniatkan dengan benar.
3. Akses ke Platform Jualan
Lembaga bisa gandeng Shopee, Tokopedia, atau minimal bazar online mingguan. Biar produk jamaah nggak cuma numpuk di kardus, tapi terbang sampai ke luar kota.
Tantangan dan Solusi: Antara Gaptek dan Niat Nekat
- Gaptek
Level Akut: Ada yang masih bingung mana tombol “upload.”
Solusi: Bikin pelatihan offline “Dari Nyantri ke Netizen”—lengkap dengan tutorial pegang tripod. - Mental
“Dibantuin Dulu Dong”: Banyak yang nunggu disuruh.
Solusi: Ceritakan kisah Mak Enah yang belajar Canva di usia 61 dan sekarang jadi ratu stiker Islami. - Konten
Garing: Semua isinya flyer pengajian tahun lalu.
Solusi: Adakan lomba konten kreatif bertema “Dakwah Tanpa Drama.”
Kesimpulan: Dari Jamaah Menjadi Jagoan Digital
Kemandirian digital bukan warisan, tapi hasil latihan.
Lembaga hanya menyodorkan kail, tapi kita yang harus mancing followers,
bikin konten, dan cari cuan dengan berkah.
Jadi, wahai anggota ormas—entah santri, emak-emak, guru
ngaji, atau mantan admin grup kajian—yuk mulai hari ini, bikin akun yang aktif,
konten yang kreatif, dan cuan yang produktif.
"Berikan seseorang Wi-Fi, ia akan nonton video
seharian. Ajarkan seseorang cara bikin konten, ia bisa bayar paket datanya
sendiri sampai akhir hayat."
Mari kita jadi pejuang digital yang penuh berkah, bukan
hanya pejuang share status kajian dari 2019.
https://abah-arul.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.