Suasana di Soloraya belakangan ini bukan cuma ramai karena jalanan macet atau tukang cilok yang makin agresif. Tidak. Ini lebih besar dari sekadar rebutan cilok dua ribu isi lima. Ini soal diskon, diskon, dan diskon—atau kalau kata panitia: Soloraya Great Sale. Tapi jangan salah, ini bukan sekadar acara buang-buang stok gudang, ini adalah embrio aglomerasi! Kedengarannya seperti makhluk mitologi ekonomi, tapi tenang… kita kupas pelan-pelan dengan gaya warung kopi.
Dari data panitia, SGS sukses besar. Nilai transaksi sudah tembus Rp10,1 triliun. Itu setara dengan jumlah hati yang patah tiap malam minggu di wilayah aglomerasi. Ini bahkan melebihi target! Rupanya, diskon memang satu-satunya hal yang bisa membuat masyarakat Indonesia bergerak cepat dan tepat. Tanpa perlu subsidi, tanpa demo, cukup tempel stiker “SALE 90%”, maka rakyat akan antre.
Kategori transaksinya macam-macam, dari UMKM, mall, properti, sampai jasa keuangan. Bahkan jasa keuangan pun ikut diskon, mungkin cicilan utang juga diberi cashback, siapa tahu?
Aglomerasi: Dari Diskon Menuju Destinasi
Nah, kata Pak Sekda, SGS ini bukan cuma bazar, ini "embrio aglomerasi". Coba bayangkan, dari cuci gudang jadi cuci geopolitik ekonomi. Luar biasa. Saya curiga sebentar lagi diskon kaus oblong bisa dijadikan strategi nasional.
Aglomerasi ini katanya bisa mengendalikan inflasi. Jadi kalau harga cabai naik, tinggal gelar Great Sale di Banyumas Raya. Atau kalau harga beras melambung, buat saja Pati Raya Crazy Deal Festival. Sepertinya Indonesia tidak perlu lagi Bank Indonesia, cukup "Komando Diskon Nasional".
Masa Depan yang Cerah (dan Murah)
Menurut Pak Ferry dari Kadin, Soloraya ini akan jadi benchmark aglomerasi. Artinya, kalau sukses, kota-kota lain bisa meniru. Mungkin nanti ada “Semarang Super Sale Sampai Subuh”, atau “Purwokerto Promo Penuh Berkah”. Tentu saja kita akan mendukung, apalagi kalau ada diskon sepatu dan parkir gratis.
Namun demikian, kita tetap harus hati-hati. Jangan sampai aglomerasi ini berubah jadi “aglomigrasi”, di mana warga satu kota pindah ke kota sebelah karena promo kafe lebih murah. Atau lebih parah, suami bilang ke istri mau ke Solo cari batik, padahal nongkrong di kafe aglomerasi sambil diskon perasaan.
Penutup: Dari Diskon ke Destinasi
SGS sudah membuktikan bahwa kekuatan rakyat tidak hanya bisa digerakkan oleh isu politik, tapi juga oleh dua kata sakral: “potongan harga”. Maka marilah kita sambut aglomerasi dengan semangat: belanja lokal, diskon nasional, dan gosip regional.
Dan ingat, jika suatu hari harga cabe kembali naik, kita tak perlu panik. Cukup gelar saja Cabe Crazy Sale. Dijamin, inflasi akan minggat, dompet tetap hangat, dan ekonomi merakyat.
abah-arul.blogspot.com., Juli 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.