Kamis, 31 Juli 2025

“Kapur Barus & Kemenyan: Startup Aromaterapi Nenek Moyang”


Jauh sebelum kita kenal istilah startup unicorn, ternyata nenek moyang kita sudah punya bisnis internasional yang wangi: ekspor kapur barus dan kemenyan. Bayangkan, sekitar 2.500 SM—zaman ketika listrik belum ada dan sandal jepit belum ditemukan—orang-orang Barus di Sumatera Utara sudah jadi founder dagangannya sendiri. Modalnya sederhana: pohon, aroma semerbak, dan jaringan pelabuhan alami.

Barus bahkan muncul di catatan Ptolemaeus, geografer Romawi abad ke-2 M. Artinya, di zaman itu, orang Barus sudah “terkenal internasional”, sementara kita sekarang masih harus bayar iklan di media sosial biar terkenal. Kalau ada LinkedIn zaman dulu, profil penduduk Barus pasti keren:
Skill: Menjual wangi-wangian ke Arab, India, Cina, dan Eropa.
Endorsement: Firaun Mesir untuk urusan pengawetan jenazah.

Kapur barus sendiri bukan sekadar pewangi lemari kayak sekarang. Di masa lalu, dia multi-talented: bisa jadi pengawet mayat, obat-obatan, sampai essential oil premium untuk ritual keagamaan. Sementara kemenyan, selain membuat suasana sakral, mungkin juga jadi alasan banyak tamu di rumah orang Barus betah—karena wanginya bikin tenang (atau minimal bikin nyamuk minggat).

Yang menarik, perdagangan kapur barus dan kemenyan bukan cuma soal ekonomi, tapi juga networking internasional. Pedagang Arab datang sebelum Nabi Muhammad lahir, lalu pulang membawa kapur barus untuk pemandian jenazah. Pedagang Cina datang, mungkin sambil iseng mencari inspirasi nama untuk kue bakpao. Pedagang India mampir juga, entah sekalian tukar resep kari atau cuma ingin tahu kenapa aroma Barus bisa bikin damai.

Secara ekonomi, dua komoditas ini bisa dibilang “emas hijau” Nusantara. Kita dulu belum kenal tambang nikel atau batu bara, tapi sudah punya bisnis yang membuat nenek moyang kita makmur tanpa harus ikut MLM. Bahkan, efek samping perdagangan ini adalah cultural exchange. Ada istilah-istilah lokal yang terinspirasi budaya Cina dan India, bukti bahwa dulu orang Barus bukan hanya menjual wangi, tapi juga membeli ide.

Kesimpulannya, sebelum Indonesia merdeka, nenek moyang kita sudah lebih global daripada kita yang sering update status “travelling ke luar negeri” padahal baru nyebrang ke Singapura. Kapur barus dan kemenyan adalah bukti bahwa dari dulu bangsa kita punya talenta di bidang perdagangan internasional—bahkan tanpa internet dan TikTok Shop.

Jadi, kalau sekarang ada yang bilang orang Indonesia baru go international karena K-Pop atau export Indomie, coba bilang:

“Bro, nenek moyang gue udah jualan kemenyan ke Firaun ribuan tahun lalu.”

abah-arul.blogspot.com., Agustus 2015

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.