Selasa, 15 Juli 2025

Cerpen:

 

Jalan Berlubang, Ganti Status

Di suatu pagi yang mendung, Pak Darno bersiap mengantar istrinya ke pasar menggunakan motor tua kesayangannya, si "Suzuki Butut". Mesinnya kadang batuk, kadang bersin, tapi tetap setia menemani sejak zaman Orde Baru.

“Pak, jangan lewat Kalipete-kampungsari ya,” kata Bu Darno, sambil mengikatkan kerudungnya.
“Lho, kenapa? Kan itu jalan tercepat?”
“Cepat kalau naik kuda. Kalau motor, itu mah lomba panjat lubang!”

Pak Darno mengangguk dengan bijak, tapi seperti kebanyakan pria seusianya, tetap tidak mendengarkan. Maka dimulailah perjalanan epik melewati jalan legendaris Kalipete-kampungsari, yang menurut Dinas PU, rusaknya sudah mencapai 52%, tapi menurut warga, rasanya 125%—karena sisanya adalah harapan yang hancur.

Baru 300 meter berjalan, mereka sudah "terbang" kecil melompati lubang seukuran kolam lele.

“Pak! Itu lubang atau lubang buaya?!”
“Tenang, Bu. Kita hidupkan mode terbang!”

Tiba-tiba dari kejauhan muncul Pak Udin, tetangga sebelah, sedang menarik gerobak berisi tempe. Roda gerobaknya terjebak di lubang sedalam kenangan mantan. “Pak Darno! Tolong bantuin dorong!” teriaknya.

Setelah upaya bersama yang dramatis dan berpeluh, gerobak berhasil diselamatkan, dan tempe-tempe pun kembali tersusun meski dengan posisi pasrah.

“Kayaknya jalan ini bisa jadi tempat syuting film perang, Pak,” kata Pak Udin.
“Atau minimal game ‘Survivor Goldwater Edition’,” sahut Pak Darno.

Tiba di pasar, Bu Darno turun dengan tubuh yang gemetar. “Kalau jalan rusak ini belum diperbaiki, aku minta motor diganti.”
“Ganti apa, Bu?”
“Ganti suami.”

Pak Darno langsung bertekad: besok ia akan ikut rapat desa, menulis surat ke dinas, bahkan siap membuat petisi online—asal tidak harus ganti status pernikahan.

Juli, 2025

abah-arul.blogspot.com

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.