Selasa, 11 Oktober 2011

KAMBING KAMBING REMBANG



SAJAK YANG KAU LIPAT

sebaiknya engkau tahu
gelombang jalan dan laku kehidupan
mengisukan gerak
membahasakan masa depan
hidup ini adalah sajak
sajak yang kau lipat
katika kau buka lipatan
butiran butiran penyesalan
telah membatu

Rembang, Februari 1996















AKU INGIN

aku ingin membasahi tubuhmu
dengan tetesan cinta lapuk oleh usia
musim seribu kali berganti
tumbuhkan tunas tunas di rahim bumi
permata hati anak anak kehidupan
pembawa risalah kenabian
selama ini aku  hanya bisa membasahi
tanah air yang sering kena banjir

Rembang , 1996

















HIDUP DAN MATI

kunyalakan api cinta
sedang sedang saja
gadis di balik tabir
belum kenal betul siapa
tapi cintaku padaMu Tuhan
hidup dan matiku
tlah kutambatkan
di kisi kisi langitMu
namun bagai angin
lolongan menjerat leher
Kau diamkan saja

Rembang, Februari 1996













RINDU PERTAPA

pandangan mata  bulan
mata tak lagi mampu menatap
pancaran gairah singa betina
mempermainkan lidah
menggetarkan bulu roma

tapak tapak menerbangkan debu
dam dam terpana diam
bulan bulat bundar anggun bersandar
di balik jendela
mendaulat mata rindu pertapa

Rembang, januari 1996













DI BALIK WAJAH TUHAN

di balik kecantikan wajahnya
aku ingin jadi bulan
dicari banyak orang dan rukoyat
sebagai ayat ayat kehadiran
bulan penuh rahmat
didamba para mudzakir
di malam lailatul qodar
penentu mula kemeriahan
anak anak menikmati lebaran
tapi diam diam di balik kecantikan
wajahnya
kucabik cabik parasnya
dengan pisau pisau kefakiran
dalam sayat sayatnya aku berharap
mejadi bagian yang tak terpisahkan
dari wajah Tuhan

Rembang, Januari 1996








CINTA BERTABUR PRAHARA

jangan arahkan mata panah padaku
angin dan jarak tak memungkinkan untuk itu
apalagi kau bertengger di atas bukit
dan aku tenggelam di dasar jurang
kalaupun sampai sasaran tak membuatku luka
mata panah lemah menembus dada
kecuali ada pihak ketiga
atau aku sendiri mendorongnya masuk
menembus jantung sendiri
yang merah muda warnanya
tapi apa kau tak takut
cinta bertabur prahara
dan Tuhan tak lagi mau menyapa
dengan bahasa penghuni surga

Rembang, Januari 1996










PARAKAN - WONOSOBO

sore mentari pecah
semburat kabut belang memahkotai sindoro
berkejaran bagai wayang wayang
dipermainkan dalang
mengundak tangga menggapai langit
menujuku bercengkerama akrab
seakan Tuhan begitu dekat

Wonosobo, Februari 1996

















SEJAK DITUTUPNYA BUKU HARIAN

sejak ditutupnya buku harian itu
aku tak lagi menemukan pintu
rumah rumah terkunci
hotel, bioskop dan bar
sekedar tempat persinggahan
padahal sudah lama kuhentikan
petualangan
haruskah kuketuk satu persatu
pintu pintu rumah itu
sedang aku tahu sudah memiliki cinta
tersimpan rapi di almari kaca

Maret, 1996













SECANGKIR KOPI

aku mabok dalam syairmu
teracuni cinta yang kau aduk
dalam secangkir kopi pagi
kau gauli aku dengan seribu cumbu rayu
keluar dari mulut ularmu
lidah memanjang
kau pintal pintal
dan membelit tubuhmu sendiri

Maret 1996
















RAHASIA ALAM

tak kutemukan air mata
setelah tak kukubangi
palung misterimu
cinta
rahasia alam
kadang keceriaan dan tawa
bisa jadi pengganjal
bagi harapan yang terhalang

tawamu sungguh menyakitkan

Maret, 1996















ANAK ANAK YANG MEMBUATKU MUAL

macet adalah kata yang harus kuwiridkan
atau konsumsi lebih dari sekali
pagi, siang, sore
sehabis atau setelah makan
macet malah dapat membuatku
nyenyak tidur di perjalanan
di mobil ber ac dan sopir pribadi
pagi ini semalam tidur nyenyak
enak juga menikmati musik
di radio sambil memandang kiri kanan
selama ini terabaikan
tapi aku mendadak mual
padahal tak nyidam
kondisi badan sehat
baru kemaren cek up
aku mual mau muntah
melihat anak anak mencari ikan
di comberan
airnya hitam pekat
dan kulit bercacar sekujur badan

Ancol, Mei 1996




SEPOTONG ROTI DAN MAKNA HIDUP
- Yth. Kuntowijoyo

sepotong roti yang kau tawarkan
telah habis tak tersisa
sebuah makna hiduppun
telah kukuliti
dan sudah semenjak lama
dijadikan baju kebesaran
tak pernah dicuci
karena tidak ingin kami telanjang
oh ya, bila masih ada
sisa roti yang ingin kau tawarkan
tak perlu repot repot
datang memberi kabar
setiap hari kami biasa mengalunkan lagu
dari pintu ke pintu
ketika perut manabuhkan bebunyian

Jakarta, Mei 1996








BAHASA SEPATU

adalah bayi
selalu menggunakan kata yang satu
sebelum bibi yang membesarkan
melafalkan kata lain
dan adalah orang dewasa
lebih suka menggunakan bahasa
sepatu larsnya
karena perasaan dan pikiran
lebih banyak digunakan
untuk membesarkan perut
dan peliharaan

Februari 1996













CINTA DIKOLONG KEHIDUPAN

cinta terbungkus udara pengab
di sela sela gubug
sisa banjir
membebani kesedihan
tapi cinta yang berdesak desakkan
dengan hiruk pikuk dunia
mesra mesra saja
saling bertepuk
ketika nyamuk ikut sibuk

Jakarta, 1996















TIDURLAH JAKARTA

aku capai meninabobokanmu
tiada malam
tiada siang
memaksaku mendendangkan
desah kehidupan
atau mengipas ngipasimu
yang selalu dalam kegerahan

Jakarta, Maret 1996
















WANITA PENGIBAR CELANA

untuk apa wanita wanita
mengibarkan celana
seribu mata
seribu hati
mati diziarahi sendiri
dan malam demi malam
disetebuhi tanpa sehelai benang
terentang

“dingin adalah kehidupan”

Maret 1996














TERJEBAK KEMACETAN

cuma abang dan none
hidup penuh gemerlap
berdekat dekat dengan kemewahan
mobil mobil mainanmu
tidak saja kau jajarkan
di show room
tapi juga di jalan jalan
sepanjang tolpun
tak jarang kau sia siakan

Jakarta, 1996















DOA

susunan doa dari kepengingan logam
di tangan orang orang berjajar di rumahMu
aminnya tak pernah terucap
tapi pasti Kau dengar
rintih hati yang didendangkan

Maret 1996



















PAHLAWAN

seusai huru hara
ia menggotong sendiri
catatan catatan kaki ketakutan
masa lampau
kini ia kenakan
sebagai baju kebesaran

Februari 1996


















KETIKA TANPA DISADARI

ketika tanpa disadari
kelamin telah menutup muka
orang orang blingsatan
menyalahkan angka angka
katanya dipalsukan
mengutuk wartawan tidak tepat
menyampaikan laporan
para ahli dituduh mencari gosip murahan

selama ini orang diam menutup mata
ketika anak anak memindahkan meja
belajar di diskotik
juga kamar kamar hotel berbintang

orang orang kini  berdemontrasi
mencari kelamin anak kembali

Mei 1996








BILA SAJA

bila saja kau yang hidup di emperan surga
punya waktu dan kesempatan
di sela sela kesibukan
cobalah sesekali mengail di kolam pemancingan
dipinggir kota yang kumuh itu
ternyata masih ada kehidupan
meskipun kutahu pasti
tak berani memakan ikan pancingan
airnya coklat kehitaman
tapi bukan berarti tak boleh mencoba
mengail untuk dipelihara di aquarium
siapa tahu lama kelamaan
ikan tak lagi terkontaminasi
racun yang kau takutkan

Ancol, Mei 196










SIANG SIANG

saat ini aku kembali kehilangan cinta
setelah apel yang kukupas
ditinggal begitu saja
dagingnya putih masak
tak lagi membangkitkan selera
siang siang begini
kedondong kayaknya enak dicoba

keburu kilatan pisau
menyayat nadi tanganku

Maret 1996














MENJAJAKAN LUKA

lama merenungi diri
aku jadi tersiksa
nangis nangis di kuburan nabi
menjajakan luka ke sana kemari

air mata kering sudah
belum juga temukan obat
penawar duka

Maret 1996
















SISA MIMPI

ketika kujabat tanganmu
untuk terahir kali
sisa mimpi menggenang
jadi comberan
kalau tidak cepat cepat di keringkan
aku takut jadi sarang nyamuk mematikan
tapi genangan air di matamu
membuatku lupa
dunia ini sebatas mimpi saja

Maret 1996















KARTINI DI TAMAN KARTINI

berlatar belaian lembut ombak
diantara kesibukan nelayan
mengayuh dayung
menggelar jaring ikan
kartini kartini sibuk
di bibir pantai yang tak pernah bersih
dari kotorannya sendiri
malam malam semakin tenggelam
gairah ombak semakin bergemuruh
birahi gelombang menggelegak
mengombang ambing kusamnya perjalanan
hari hari gelap dijalani penuh keyakinan
mematut matut diri bercermin ombak
sadar suatu ketika kan terlempar
atau tenggelam
oleh dahsayatnya gelombang kehidupan

Rembang, Januari 1996








GUNUNG DI JIWAKU

Tuhan jangan Kau guncangkan
gunung di jiwaku
takut seluruh alam bergetar
batin terkapar
jangan pula Kau lempar dengan makian
bila kubuang muka memang sengaja
arah cahaya kilat tepat di depan mata
bila kupaksakan mata kan buta
dan jantung terbakar api
cinta yang terbang rendah
mencari titik landasan sementara

Rembang, Januari 1996













IJINKAN AKU BERPALING

Tuhan dosakah bila sesekali berpaling
dunia kini penuh mall
segalanya ada di sana
sudah banyak yang hanya kusapa
meskipun kuamat suka
apakah juga berdosa
salah satu mendesakku memilikinya
Tuhan dosakah bila kuberpaling
sebentar saja
pada tuhan tuhan yang Kau cipta

Rembang, Januari 1996














DI BALIK BUKIT

mentari dan rembulan berpetak umpet
di balik sebuah bukit
bersatirkan malam
semesta penuh cahaya
duniapun bergetar
ketika saling bertukar cahaya
dengan bahasa cintanya

Rembang, Januari 1996

















GUS

gus gus dan ning memaksaku berpaling
pada matahari
dipagi yang terpuruk
dan malam semakin tak berarti
rama begawan bagai pewaris
tahta sejati
memaksa para punakawan merunduk
hanya di hadapan sebuah kursi
seperti birokrat
mau sowan
punakawan perlu kesabaran
menunggu kersa begawan
berjam jam menanti
kesal dan sesal harus dibuang
jauh jauh dari dalam hati

Rembang, Januari 1996









IBU

kucari bulan di gelap malam
tapi yang kutemukan cuma pelita
hampir padam
lebih dari cukup bagiku
sinar yang berkedap kedip itu
selama ini hanya gelap
menenggelamkan hidup
tak sia siakan waktu
kulantunkan lagu puja
dan doa beraminkan cahaya pelita
tanpa terasa air mata
menenggelamkan jiwa

Rembang, Januari 1996












BERTOPANG PADA MUSIM

anginlah yang membuatku di sini
karena angin pula aku pergi
hidup bertopang pada musim
cinta membuat kita intim

Rembang, Februari 1996




















PERCAKAPN TIBA TIBA BERHENTI

“mengapa cinta kau sembunyikan?”
percakapan tiba tiba berhenti
menggenapkan keheningan
orang orang memunggungi kehidupan
dan terus menerus mengeringkan
sapu tangan

Rembang, Februari 1996


















MEMILIH SENDIRI

engkau memilih sendiri
berjalan ke arah sepi gunung
dunia bising mesin
pencetak manusia haus waktu
tak mau kehilangan detik

engkau tetap memilih sendiri
menanti kehidupan abadi

Rembang, Februari 1996
















MENYIBAK DALAM OMBAK

menyibak dalam ombak
perempuan perempuan pantai kartini
nyalang menjangkau pandang
biru batas mata
pada tempurung langit
biru atau kelabukah warna baju
aku tak tahu
kulihat hanya gincu

Rembang, 1996
















KAMBING KAMBING REMBAG

kambing kambing rembang
merambah dapur
mengorek sisa sisa makanan
kambing kambing rembang
masuk dalam kamar kamar
menyantap kitab kitab
dan beras santri yang tersimpan
kambing kambing rembang
bagai anjing penjaga malam
setia tidur di balai balai rumah kyai
pengganti satpam
dan pagar teralis penuh gengsi

Rembang Januari 1996












SEUSAI PERAYAAN

seusai perayaan
Tuhanpun kembali tertinggal
di halaman masjid
diantara lipatan lipatan
koran yang dijadikan sajadah
cukup sudah duduk bersimpuh
tak perlu lagi mengeluh
sekiranya dosa telah hilang
bersama keringnya peluh
tut tut komputer
roda roda mesin yang berputar
kembali pada pesan;
hidup ini abadi bila senantiasa
kita cumbui
sembari tak segan segan memunggungi
Tuhan yang tak pernah lekat di hati
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            
Pasar Minggu, 4 Mei 1996








MENGEJA KEHIDUPAN

aku tak pernah fasih mengeja abjad sendiri
atau bercerita tentang dunia yang selalu
dalam birahi
aku iri pada anak anak dengan bahasa sekolah
begitu mudah menggores gores sejarah
melafalkan mimpi mimpi
memainkan badik dan samurai
berintifada sesama teman sendiri
aku memang tak fasih mengeja abjad sendiri
atau bercerita perihal dunia yang tak pernah
henti birahi

Pasar Minggu, 6 Mei 1996













BERITA HARI INI

kerudung putih itu
menghentikan angin berlalu
mengusap lembut wajah ayu
berita hari ini
tertulis di pintu
cinta menunggu

Pasar Minggu, 3 mei 1996


















INI PUISIKU

ini puisiku, dik
awan kelam beriring badai
hempaskan rumah cinta kita
puingnya terkubur lumpur
matanya merah menyala
hentikan degup

Pasar Minggu, 5 Mei 1996


















WANITA DALAM BUS

“silahkan duduk, mbak?”
aku ingin menawarkan
tapi takut dikira melecehkan
kembali membaca koran
sesekali kulirik wanita
setengah baya bercelana blue jeans
tangan penuh barang belanjaan
repot berdesak desakkan
berdiri diantara penumpang
membaca koran
tentang arti kepahlawanan wanita
dan kesetaraannya
ingin diperlakukan sama
cukup mengasikkan
tapi dari pada duduk tersiksa
sebagai manusia kupersilahkan duduk
menggantikanku
sebentar lagi turun
di jalan kartini halte berikut

Jakarta, April 1996





B ERHALA

aku tak lagi mampu merenung
menekuri hidup
angin berlalu bagai detik
memacu langkah langkah
seakan tiada hak istirah
meski sejenak
memintal tali langit
tuk menggapai keabadian
di antara sisa ampas kota
tak mungkin di daur ulang
langkah langkah manusia bagai detik
kembali ke rumah
tak lagi sekedar istirah
melainkan juga mengabdi pada televisi
berhala abad ini

Pasar Minggu, 7 Mei 1996









KESIASIAAN

jakarta tuk sekian kali kukangkangi
kukentuti
hari hari bagai kilat menyambar nyambar
membakar dan yang lemah terkapar
aku juga meludahinya
sambil uncang uncang kaki
waktu demi waktu kupadati
obrolan dan sedikit caci maki
maafkan jakarta
sekian kali kudatang
tak pernah bisa membumi
tanah pertiwi tak kutemukan lagi di sini

Pasar Minggu, 10 Mei 1996












MENUNGGU BUNYI KETUKAN

dinding itu tetap membisu
setiap kali kusandarkan kepenatan
juga cintaku
jam jam malam melingkari detik
dering mimpi membangunkan pagi yang lena
dinding tetap membisu
setiap kali kusandarkan kepenatan
juga cintaku
yang sama sama menunggu
bunyi ketukan pintu

Pasar Minggu, 11 mei 1996














PELARIAN
- Balada Koh Tanzil

lama berdiam dalam gundah
maunya melepas resah dari lubuk sunyi
menyapa angin
kibasan sayap merpati
tak mampu menembus deruji besi
dingin bagai sepi
ketika pagi sipir mengantar
pada sebuah mimpi
arti merdeka yang khakiki
meski dalam petak kamar
pernik pernik surga menghiasi
kenikmatan hidup tersimpan
di balik terali
kemerdekaan harus diperjuangkan
dan kata orang
perjuangan adalah kemerdekaan itu sendiri

Pasar Minggu, 15 Mei 1996








ANANDA

memandang bulan
gelap di halaman
terang tergeletak
terdampar di ranjang

September 2004




















LORODAN
- Rasus

lelah dikejar dajjal
tubuh luruh
dalam kesepian

siang mentari menyadap isi bumi
senja lembayung menggoreskan proyeksi
potret wajah pagi
manyentak nasib
lorodan dari mimpi

Agustus 2004














DEBU DI PADANG GERSANG
-  DKB

aku debu di padang gersangmu
resi resi asik memutar tasbih
dikesejukkan altar
tak lagi peduli
rumput meranggas
datangkan cemas
di halaman

Juli 2004
















PAK TUA
- to Achid BS

ini kebun
datangkan kantuk
gemercik air
dan belai sang bayu
selimutkan lelap
menghujamkan mimipi

pak tua
lama mengelus elus
burung piaraannya

Juli 2004













KASIDAH ACHID

irama kasidah
parau menggema
didendangkan achid
sang musafir
ditingkahi sayup gelombang
gema calung
dan lengkingan nyi ronggeng
nyanyikan tembang
pencari kayu bakar
ketika mematahkan ranting ranting
kering diketinggian pohon

musafir hentikan dendang kasidah
merenungi syair syair vulgar
nyi ronggeng
dan suara calung
sayup senyap di kejauhan

Agustus 2004







SELAMAT JALAN ABAH

mentari baru saja istirah
di haribaan penguasa maghrib
setelah lelah
menebarkan sinar dan kehangatan
menggantikan kelam jadi benderang
menggantikan gigil
membakar asa kehidupan
sungging fajar
senyum dhuha
renyah tawa dhuhur
raut muka asarmu
mengandung doa doa semesta
agar kiranya
sang Kholik membukakan pintu surga
yang telah dijanjikanNya

Oktober 2004








PANTAI

tak kulihat lagi
wajah tuhan disini
gadis gadis pantai
menutup mata
memejamkan hati

Desember 2004






































Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.