Selasa, 11 Oktober 2011

SETAN NGIBING


     
      SETAN NGIBING

tak lagi kudengar
teriakan si mbok
kesal pada anaknya
bermain di kali tengah hari
atau pematang sawah
sehabis panen padi
si mbok tak lagi meneriakkan
“awas ada setan ngibing”
pada anaknya kini
tuntutan keluarga
mengharuskan terlibat  langsung
roda ekonomi
membantu usaha suami
sejauh ini tak pernah menaikkan gengsi
pabrik pabrik mengganti status sawah
kali kali tercemar limba
anak anak cukup bermain di rumah
televisi banyak menyita perhatian
menyajikan iklan dan hiburan
melelapkan sampai ke alam impian
si mbok tak lagi peduli
anak anaknya kini bermain
dengan yang dulu ditakuti
di depan mata kerapkali
setan ngibing menari nari

15 September 1993

PINTU TERAHIR

aku harap ini ketukan terahir
di pintumu
rona merah telah memanggang mukaku
tobatku selama ini
sekedar tangis bocah
lari dari jeweran ibu
ketukan terahir di pintumu
mengurangi beban beban doa sembahyang
menumpuk memanjang
dari tempat sujud
sampai pelacuran

16 September 1993















AHIRNYA HANYA DIAM

bermula dari kata
lalu senapan  dan darah
menggantikannya
kemudian kembali lagi ke kata
tapi kata terintervensi
oleh kemauan durjana
membusukkan hati
menghitamkan darah manusia
ahirnya paling cuma diam
tahu maksud sebenarnya

18 Oktober 1993
















KACANG

kacang wetan kacang kulon
sama sama barang dagangan
dijajakan di pinggir pinggir jalan
di tempat tempat keramaian
beda kacang kulon
penjaja di dorong dorong
kacang wetan
penjual mendorong dorong
karena pakai gerobak dorongan
memang, kacang enak
dan gurih untuk di makan

18 September 1993















KUE PEMBANGUNAN

kue pembangunan makin marak
sampai ada festival kue bertingkat tingkat
tapi kenapa penyimpangan
masih sering tampak merakyat
demi rasa toleran saja
luka dibungkus kata kata
atau perabot dijadika juru bicara
biar tidak dikatakan borok pembangunan
meski semua itu harus dibayar
denga ketidak jujuran
lalu sampai kapankah kami bedaki
muka yang bopengan
sementara kosmetika
semakin hari semakin mahal

31 Agustus 1993












FATAMORGANA

tenggelam dalam riak gelombang
buih kehidupan terus menekan
membuat nafas kelagapan
lari semakin cepat
semakin terasa dikejar jejar
tersengal sengal
tanpa ada tanda
tempat berhenti berangan
rerindang pohon di hadapan
hanyalah fatamorgana
di padang gersang

27 November 1993















LEPAS

aku ingin  terbang
meski tak setinggi awan
bebas lepas
tanpa hasrat terpangkas

Juli 1993






















WAJAH

membaca guratan wajah
aneka makna terpampang di sana
bisa kujadikan kaca
tak segan segan
mengingatkan dusta dusta meraga
begitu jujur dan polos
mengatakan siapa ia sebenarnya

Cilandak, 10 Juli 1993



















INTROPEKSI

aku yakin kau dengar
jerit pintaku yang mengawang
desah hatipun kau kenal
lakuku saja
masih perlu ditatar

Cilandak, 9 Juli 1993





















NYANYIAN BEBEK
- new horison

mana ada bebek jogja
jalan sendiri
om tarji
tak perlu tanya kenapa
jika bebek bebek jakarta
jalan sendiri sendiri
om tarji tahu pasti kenapa
bebek bebek jakarta
bila jalan beriringan
akan berebut laba

Agustus 1993















BOSAN

aku bosan
jenuh
hidup dalam bayangan
tergantung
pada yang dipertuan

Juli 1993





















TEGAK LURUS SEIRING KEBAJIKAN

kucoba berfikir
tentang diri yang terkapar
diantara buih kehidupan
meski langkah kupastikan
tegak lurus
seiring kebajikan
namun hanya semu
di tengah kehidupan yang semakin ragu

Agustus 1993


















CATATAN BIRU LANGITMU

langit cerah
di birunya aku pernah
goreskan warna warna indah
walau ahirnya
hanya kelam yang tersisa

Agustus 1993





















BUAT KAMU DI SURGA

nanti setelah kamu di surga
jangan lupa ucapkan doa terima kasi
buat yang di neraka
karena mereka
kamu bahagia di sana

14 Mei 1988





















KABAR DARI DEPOK

aku dengar kabar sekarang
jauh beda dengtan di salemba
begitu dimitoskan orang
tak sampaikah angin pinggiran
ke tempat yang kini asri dan nyaman

dan lagi kudengar
idealisme lama tersimpan
di balik meja diskotik dan bar
deselengkangan rok juga rock metal
di etalase etalase swalayan
di lantai lantai hotel berbintang

kemacetan hanya sampai di meja perdebatan
kemiskinan hanya dijadikan ajang penelitian
sebagai tanda prihatin
cukup disampaikan di bangku bangku seminar

lalu dimana yang konon katanya corong rakyat
kepanjangan tangan kaum melarat
itulah yang kudengar sekarang
semoga hanya sekedar kabar

1Agustus 1993




PARTO KESURUPAN

dengan mengacungkan sebilah papan
selaksa seorang demonstran
parto kesurupan menggugat tuhan
“buat apa membangun  masjid
 bak istana seribu satu  malam
 sementara kelaparan
di depan mata mengangkang

“romadlon ya romadlon
apa arti puasamu
kalau hanya dijadikan nisan di pusaramu
aku lelah aku capai
kerja banting tulang
setiap kali menenggak peluh di badan
tuhan aku lelah dan capai
tapi keluarga perlu makan
semestinya kelaparan taju keadaan”

parto kesurupan loyo mendekap sebilah papan
bertuliskan, “apa arti puasaMu tuhan
hapuskan ketentuan yang kini sekedar seremonial

dengan mengacungkan sebilah papan
selaksa seorang demonstran
parto kesurupan menggugat tuhan

30 Agustus 1993

PERAMBAH HUTAN

perambah hutan masuk belantara  kota
bangunan kuno dipenggal
cagar budaya dijadikan plaza
kantong kantong kemiskinan disulap
penghuninya lenyap
mendadak muncul memenuhi jalan raya
ini bukan pentas kemiskinan
ini adalah bagaia slogan yang dicanangkan
pembangunan diperlukan pengorbanan
di mata dunia
dibangunnya kondomonium dan plaza
menandakan pembangunan kita jaya
jayalah orang orang kaya
nungsep nungseplah yang miskin
ke dasar neraka
pasar pasar tradisional terbakar
tak lama muncul sebuah plaza
menawarkan benih benih ketegangan
jurang kaya miskin menganga lebar
rerambah hutan  merambah belantara kota
sebagai suku terasing
menampakkan watak aslinya
dengan kesombongan dan keangkuhannya
ia bayar siapa saja
mengawal ambisi angkara murka
lalu ditanamnya kembali beton beton
di sisa sisa rumah karton
orang orang tak lagi mampu menjerit
tengadah memandang gedung gedung
menohok langit
tatap nanar orang orang tak mampu berkelit
menusuk
jantung tuhanpun terasa sakit

7 November 1993























POTRET PASAR MINGGU DINI HARI

dengan sisa mimpi yang terpenggal
orang ramai mulai berdatangan
dalam sebuah mikrolet menyambung tidur
sepanjang jalan ke pasar minggu
kantuk juga menggelayuti pedagang
sewaktu manata sayuran
bersama pelukan kehangatan nasi goreng
menunggu pagi masih panjang
dinginpun tak lagi mencengkeram
dagangan berserakan menelan seiris jalan
penjual menanti calon pembeli
mimpipun didulang kembali
rukmini bersama sisa sisa keyakinannya
yang bulat sebulat telurnya
tinggalkan bangku sekolah
berharap dengan membantu si mbok
akan tampak lebih jelas masa depannya
selagi uang masih jadi panglima
siap menindas tanggul tanggul
oersoalan di muka
pendidikan bukan harga mati
menjadikan manusia lebih berbudaya
jika pendidikan tetap saja
hilang nilai dasanya
uang dan martabat dikir keseharian manusia
dengan semua itu segala pintu akan terbuka
amat tertidur pulas di gerobak
selalu siap bila ada yang memerlukan jasanya
tak gamang menghadapi masa depan
meski pendidikan tak sampai sekolah dasar
tak canggung lakoni hidup
meski sekedar melayani pelanggan
selama ini dijadikan tempat
menggantungkan angan
pasar minggu dini hari
tempat mengais sekian mimpi
dipinggiran ibu kota yang tak pernah mati

Agudtus 1993



















KESAKSIAN
- Q.S 103

syahadatku pada matahari terbenam
setelah kesaksianku pada botol botol bercucuran
tangkai tangkai ditinggalkan kembang

kecuali burung burung bersayap malaikat
mengawini syahwat
menstubuhi lintah darat
menjelma nabi nabi
memboyong matahri
pada kepekatan nurani

juga yang bertukar pantun rembulan
dan bagaimana menyikapi keabadian

29 Agustus 1994












REMBULAN

rembulan itu cuma bisa kupandang
sekarang
keinginan untuk meraihnya
kuurungkan
aku bukan lagi anak kecil
di terang bulan
mengharap jadi miliknya
biar purnama setia datang
setiap malam

ditulis kembali, 29 Agustus 1994

















KEMARAU

mata merah
meneteskan darah

8 Agustus 1994
























PASAR

lihat dik pasar itu
kini menjadi tempat mereka pulang
sedang setiap sore masih terlihat
kuntul kuntul berbaris balik ke kandang
meski rumahnya sejauh hembusan awan
kepaknya melenggangkan kedamaian
walau tak lagi terdengar
igauan bocah menanti bulan
mendendangkan nyanyian
sing disit dadi ratu
sing keri tetek gulune
membuat barisan berantakan
mempercepat laju kepakan
seakan kuatir ada yang hilang
di sudut malam
dik lihat
karena takut leher kehidupan terpenggal
warna warni isi kepala
memenuhi langit langit pasar

12 Agustus 1994







PENGANTIN BOCAH

dipetiknya setangkai bulan
sebentar ditimang timang
mengusir keraguan
lalu dibawa ke ranjang
menemani mimpi yang ia renda di pelaminan
bocahpun tertidur
dengan rembulan di pelukan
pagi datang
semarak dengan langkah langkah kaki
mengejar sesuap angan
bocah tersentak bangun
bulan hilang dari pelukan
lama baru ia sadar
hidup tak hanya malam
dan rembulan
tapi juga matahari
dan siang yang lebih dulu harus ia kenal

29 Juli 1994









QORUN

qorun pergi ke sebuah bukit di malang
di sinai musa merestui permohonannya
berbekal kepercayaan dan secarik kertas
dari sang penguasa ia kangkangi jakarta
dari real estate satu ke real estate lain
dari apartemen satu ke apartemen lain
dari singgasana hotel satu ke singgasana
hotel lain
semua menyatu dalam genggamannya
di bawah satu anggukan kepala
ia lupa pesan musa
kemudian sebagaimana orang sukses
ia ekspos juga outobiografi pada sebuah media
massa
dalam peluncuran buku perdana
dengan pongah mengatakan semua itu
hasil jerih payahnya
tetes demi tetes keringat telah membalut
duka di masa muda
saat ini qorun dengan mudah
kapan saja akan terbang ke pelosok
dunia melihat anak perusahaannya
suatu hari kubaca berita di koran
qorun ke philipma bersamaan waktu
meletusnya gunung phinotubo
yang menelan banyak jiwa manusia
walau aku tak membaca qorun dan anak perusahaannya ditelan bumi
karena bencana yang telah mengibarkan
bendera duka philipina
tapi tampak jelas foto almarhum
dan sekian banyak ucapan belasungkawa
sesama penguasa terpampang di samping
kolom berita

2 September 1994






















BERINGIN

ini cerita sejarah
perihal negara
mencoba hidup dalam negara
mega proyek menelan banyak dana
seperti benalu menyerap pohon induknya
membawahi semua media massa
karena merasa paling berkuasa
sehingga tak ada lagi pilihan bagi rakyatnya

ini hanya sebuah cerita
tentang pohon beringin
mencoba hidup di pohon kelapa

22 September 1994














MEMANGGANG MATAHARI DI ATAS LILIN

biarkan aku dengan caraku
menghitam putihkan isi kepala
pakai warna biru
melukis mimpi yang kukais
diantara ombak di atas pasir
memanggang matahari di atas lilin
karena dari situ kudapatkan
kehangatan tidur malamku

3 September 1994


















NENEK

nenek menanak nasi buat kakek
sudah berabad di bulan
sedang mentari masih begitu panjang

pintu pintu terkunci
jam jam berlari
merambati dinding mengitari hari hari

nenek terus saja menanak nasi
sambil berharap esok atau lusa
menyusul yang lebih dulu pergi

7 September 1994















AKU PERNAH MENJENGUKMU

Tuhan
aku pernah menjengukmu
waktu kau sakit
sewaktu temanku sakit
di rumah sakit
atau di rumah teman
ketika anaknya demam

aku pernah memberimu makan
saat kau kelaparan
di pasar bersama sekian banyak orang
menengadahkan tangan
atau di rumah sebelah
korban perkawinan yang pecah

Tuhan sering aku menjengukmu
tapi kau tak pernah mengajakku
bermalam di rumah
berbicara tentang hikmah
aku juga sering memberimu makan
tapi kau tak pernah memberiku
seteguk air kesejukan
di kala terik kehausan

21 September 1994



DOA SEPASANG REMBULAN

walau laut begitu luas
tapi jangan membuatmu ragu
untuk mencoba menyeberang
jangan khawatir dik
mari bersama arungi samudra
berbiduk keyakinan
ijasah slta dijadika layar
kesederhanaan jadikan bekal
pasti sampai juga ke dermaga seberang

20 september 1994


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.