Senin, 18 Juni 2012

Sekolah Arab Sebagai Langkah Awal Mengenal Islam Oleh : Imam Burhanuddin*

Santri Kls IVMadin Alma'arif NU 1 Pancasan TP 2011/2012
Lima s.d Sepuluh persen Alumni Pondok Pesantren telah menjadi seorang Kyai

1.       Pedahuluan

Madrasah Diniyah atau yang dulu dikenal dengan Sekolah Arab, merupakan manifestasi keprihatinan orang tua atau masyarakat yang khawatir anak-anak kian jauh dar agamanya. Disibukkan oleh pelajaran sekolah formal sarat dengan pengetahuan umum , sementara pelajaran agamanya sangat kurang dan kurang mendasar. Untuk itu ada sebagian kecil desa mengantisipasi anak terjauhkan dari agamanya, berdirilah Madrasah-madrasah Diniyah.

Namun dari awal berdirinya hingga bertahun-tahun lembaga pendidikan yang memperkenalkan anak didiknya tentang Islam jauh lebih mendalam, keberdaannya bisa dikatakan layamutu fiha wala yahya.  Keprihatinan-keprihatinan semacam ini masuk ke gendang telinga dan menjadi agenda  Pengurus Jam’iyyah NU Cabang Banyumas. Bukti keseriusan pengurus cabang dalam memperthatikan hidup matinya Madrasah Diniyah mulai Tahun 2007.

LP Ma’arif melalui Koordinator Pendidikan Luar Sekolah dan Madrasah Diniyah berbekal keprihatinan para pemerhati Pendidikan Agama Islam dan optimism hasil survey DR H Rohadi  Abdul Fatta, M. Ag, dalam Arah Kebijakan Pembinaan Pondok Pesantren, dikatakan oleh beliau,”Ada lebih dari 5 s.d 10% Alumni Pondok Pesantren telah menjadi seorang Kyai yang mempunyai akses di masyarakat, mengembangkan system Pendidikan Keagamaan di Indonesia”. Ini dapat dimaknai Madrasah Diniyah ke depan bukannya mengalami trend menurun melainkan akan semakin meningkat kwantitas Madrasah Diniyah seiring bertambahnya Alumni Pondok Pesantren.

Cuma barangkali yang menjadi pertanyaan mengapa sejak “dulu kala” keberdaannya masih memprihatinkan. Dan dari sisi perhatian Pemerintah masih sangat kurang. Terbukti dari sekian ratus Madrasah Diniyah yang terdata Departemen Agama tidak kurang dari separuhnya saja. Itupun yang terdata kurang terpantau secara kontinyu sehingga Madrasah Diniyah yang tinggal Papan Nama masih masuk dalam data dan masih menerima bantuan.

Diharapkan dengan keseriusan LP Maa’arif Cabang NU Banyumas melirik keberadaan Sekolah “Arab” di Banyumas melalui pembentukan Kelompok Kerja Madrasah Diniyah dan Koordinator Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Dan Madrasah Diniyah semoga menjadi alat untuk meningkatkan kerjasama antara Jam’iyyah NU dengan Pemerintah c.q Departemen Agama, atau insatansi lain juga pihak ke tiga.


2.       Arah Kebijakan

Melalui informasi dan data riil yang masuk yang masuk ke desk Koordinator PLS & Madin akan diketahui jumlah dan permasalahan yang dihadapi Madrasah-madrasah khususnya yang berkaitan erat dengan dengan Madin yang dikelola Jam’iyyah ataupun warga Nahdlatul Ulama. Dengan perhatian dan penanganan yang serius diharapkan lembaga pendidikan khusus pendalaman Agama Islam dan yang lebih dulu eksis dari pada pendidikan formal NU yang kini sudah jauh lebih mapan ini, tidak lagi menjadi sekedar kegiatan “sampingan” Departemen terkait maupun oleh lembaga pendidikan ormas tersebar di Indonesia ini.

Ke depan dalam hal pembinaan LP Ma’arif NU akan mencoba lebih dulu ; bagaimana Madin berkembang stabil, tidak saja ketika awal-awal  ajaran baru dan tidak membebankan lebih dulu dengan persyaratan yang ada kaitan financial. Hal yang demikian diharapkan juga sama apa yang menjadi kebijakan Depag. Lebih penting lagi tidak berdasarkan kedekatan. Sehingga tidak terjadi hanya Madrasah-madrasah yang mempunyai kedekatan dengan kedua lembaga saja yang “makmur” dengan  segala fasilitasnya.

3.       Pembentukan Pokja dan Koordinator PLS dan Madin

LP Ma’arif NUdalam merespon usulan-usulan dari bawah perihal Madrasah Diniyah dengan mengangkat personel yang diberi tugas sebagai kelompok kerja cabang, dalam kerangka peningkatan kualitas penyelenggaraan dan pengelolaan. Madrasah Diniyah dalam lingkungan PC LP Ma’arif NU Kabupaten Banyumas. Pokja ini berperan dan berfungsi sebagai kelompok kerja yang mengkoordinasikan Madrasah Diniyah di tingkat Kabupaten dan diberi wewenang merumuskan dan menyususn penyelenggaraan dan pengelolaan Madrasah Diniyah serta membentuk kelompok kerja di tingkat eks Kawedanan.

Sejak dibentuk dan ditetapkan personil Pokja tingkat Kabupaten Masa Khdimat 2007-2012 pada tanggal 19 April 2007 telah membentuk Pokja Eks Kawedanan Ajibarang, Purwokerto Barat, Jatilawang dan Patikraja. Kecamatan Tambak dan Sokaraja masuk agenda tahun 2008. Adapun untuk merumuskan, menyusun system penyelenggaraan dan pengelolaan dengan membandingkan dari satu Madrasah dengan Madrasah lain dan bekerjasama dengan Litbang LP Ma’arif NU dan nantinya hasil rumusan akan menjadi arah kebijakanyang akan menjadi pandom bagi LPS dan Madin dalam bekerjasama membina Madrasah Diniyah.

Koordinator LPS dan Madin merupakan lembaga baru yang dibentuk oleh Pengurus Jam’iyyah NU Cabang setelah dalam Programnya Madrsaha Diniyah masuk sebagai prioritas perhatian. Karena menyadari bahwa pendidikan Madrasah Diniyah adalah benteng terakhir setelah Pondok Pesantre3n yang benar-benar mempunyai andil besar mencetak SDM di NU. LPS dan Madin juga diharapkan menjadi pendidikan alternative bagi yang tidak tertampung di pendidikan formal maupun Pesantren.


4.       Permasalahan

Santri Putri Kls IV Madin Alma'arif NU 1 Pancasan
Problem yang dihadapai Madrasah Diniyah di Banyumas relative sama,  yaitu persoalan profesionalisme, Sumber Daya Manusia, Sarana dan Prasarana  serta yang lebih klasik lagi adalah soal pendanaan. Dengan adanya Pokja, Koordinator PLS dan Madin , pemantauan serta pembinaan dari Depag kendala-kendala yang membuat Madrasah Diniyah terkurangi dan setapak demi setapak mengejar ketertinggalan , khususnya dalam hal manajemen menjadi lebih professional.

Tak kalah penting, Tenaga Ajar yang banyak dimiliki tidak lagi sekedar dorongan atau ghirrohnya akan pengamalan ilmu Agama yang banyak Asatidz atau Asatidzah miliki. Melainkan harus dibekali juga dengan dasar-dasar methodology mengajar yang lebih baik. Ini penting karena dengan tidak menguasai method pengajaran akan tumpang tindih. Sehingga kesan bolak-balik menjadikan siswa atau santri tak jarang menjadi bosan dan keluar sebelum waktunya.

5.       Penutup

Harapan dari Kelompok Kerja Madrasah Diniyah untuk perkembangan dan peningkatan mutu pendidikan Agama Islam khususnya Madrasah Diniyah, antara lain :

1.  Secara berkala PC LP Ma’arif NU mengadakan Pelatihan Peningkatan Mutu tenaga Pendidik Madrasah Diniyah
2.     Merumuskan Kurikulum alternative sebagai pembanding kurikulum yang sudah ada (Depag, Yayasan}
3. Menyediakan buku mata pelajaran ke-NU-an yang dikhususkan untuk siswa atau santri MadrasahDiniyah
4.      Mengadakan pertemuan berkala Kepala Madin dan Pengurus Madin
5.      Ikut menjadi jembatan penghubung Madin dengan instansi terkait atau pihak lain.


*Pokja Madin PC LP Ma’arif NU Banyumas, Desember 2007.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.