Jumat, 24 Februari 2012

JELANG MUSYKER II




KAIFA KHALUK YA AKHI SHOGHIR? 1

Dibalik kesuksesan atau barangkali kebanggaan akan keberhasilan pendirian sekolah baru Kesehatan SMK Maarif NU 2. Ada rasa prihatin yang mendalam dari keluarga besar SMA Maarif NU 1 Ajibarang dan sebagian pengurus MWC NU dan ranting di Ajibarang , yang pada awalnya sebagai landasan pijakan berdirinya SMK Kesehatan.



Untungnya ada langkah bijak dari jajaran pengurus MWC NU Ajibarang. Pengurus dalam satu sisi merestui berdirinya SMK Maarif NU 2 sisi lain harus menyelamatkan SMA.
Seiring dengan prosesi pendirian SMK Maarif NU 2 dalam persiapan verifikasi, Pengurus MWC NU Ajibarang pun sering mengadakan pertemuan antar pengurus MWC maupuin ranting.

Banyak yang mengkhawatirkan dengan berdirinya sekolah baru yang dimungkinkan akan mempengaruhi siswa baru yang mendaftar di SMA bahkan mematikan sekolah lanjutan atas pertama milik NU Ajibarang itu.

Pada ahirnya MWC bersepakat membentuk tim penyelamatan SMA . Oleh sebagian pengamat SMA saat itu dianalogikan sebagai pasien rumah sakit yang sedang dalam keadaan stadium empat. Tim penyelamatan SMA pun terbentuk dengan nama tim Penyehatan SMA yang terdiri dari :
Ketua : Mukhali, Sekretaris : Mujarob, Anggota : Syafii, Jaenudin dan Imam Burhanuddin.

Pada ahir tugasnya tim menyimpulkan hasil pendalamannya bahwa telah ditemukan adanya kesalahan menejemen pengelolaan baik oleh pengurus maupun kepala sekolah.

Dengan rekomendasi tim kesehatan SMA pengurus MWC menindaklanjuti rekomendasi tim dengan melakukan reformasi pengurus dan pergantian Kepala sekolah yang benar-benar sesuai dengan ketentuan aturan yang ada di LP Maarif NU.

Pergantian pengurus SMA sangatlah tidak mudah. Karena berhadapan dengan senioritas dan kurang tertibnya administrasi keuangan menjadi tantangan pengurus sekolah yang terdiri dari ketua : Mujarob, Sekretaris : Slamet IA dan Tayono selaku bendahara.
Langkah pertama pengurus baru adalah mengganti Kepala Sekolah, selain sudah lebih dari dua periode juga melaksankan amanat dari tim penyehatan SMA.

Sudah bisa dipastikan untuk seleksi Kepala Sekolah tidak kalah rumitnya. Meskipun seleksi Kepala Sekolah ini dilaksanakan secara terbuka hanya kader NU militanlah yang mau dan berani ikut seleksi Kepala Sekolah di saat kritis. Sehingga wajar saja sampai dengan pendaftaran ditutup hanya satu orang saja yang mendaftar.

Kini dua tahu pelajaran SMA yang dulunya terkenal dengan SMA Diponegoro 4. Dan SMA swasta terfavorit di tahun 90-an itu pada kenyataannya kekhawatiran akan menurunnya animo masyarakat ternafikan. Meskipun tak mudah sebagai mantan pasien stadium empat, tapi karena kegigihan Pengurus dan kerja keras Kepala Sekolah yang hanya dimodali uang kas hanya Rp 600.000,- yang tersisa karena raib entah ke mana padahal Pengurus harus menggaji guru dan karyawan sebesar 24 juta di awal jabatannya.
Sekarang sudah mampu membeli Mobil seharga hampir seratus juta rupiah nominalnya dan kemarin (22/2) baru saja membeli seperangkat alat musik lebih dari dua puluh juta rupiah.

Dengan manajemen baru hanya dalam waktu dua tahun pelajaran SMA yang berdiri tahun 80-an dan sekolah tingkat atas pertama milik MWC tidak lagi kolap malah melaju kencang mengejar yang lebih dulu bergelimang "kejayaan". Hanya dengan dua tahun sekolah setingkat SMA Maarif NU 1 Ajibarang di bawah manajemen baru sudah sebesar itu potensinya. Bagaimana kalau sekolah setingkat SMK MAARIF NU 1 Ajibarang mungkin tidak saja mberkahi MWC NU secara kelembagaan tapi juga dapat membantu meningkatkan SDM serta kiprah NU menjadi benar-benar rohmatal lil 'alamin.
Kaifa Khaluk Ya Akhi Shoghir?

(abah-arul.blogspot.com/imam google+).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.