Selasa, 05 Desember 2017

Renungan





Ngarai Di Balik Bukit 1
Oleh : Imam Burhanuddin
                                                                                          
Bukit nan hijau di ketinggian 1926 meter
Di atas permukaan air laut itu tak begitu sulit didaki
Tak terjal
Bahkan tak seterjal eskalator sebuah mall

Tak kalah hijau dan indahnya
Ngarai di balik bukit
Hamparan padang rumput luas menghijau
Sungai mengalir jernih
Tak hanya menarik wisatawan
Tapi juga para penggembala

Itu dua dekade lalu
Kini padang rumput nan hijau
Dan sungai mengalir jernih
Tak lagi

Kambing dan sapi penggembala
Merubah habitat aslinya

Ngarai dibalik bukit nan hijau
Di ketinggian 1926 meter di atas permukaan air laut
Yang tak begitu terjal
Bahkan tak seterjal eskalator
Sebuah mall itu
Tinggal cerita
Entah sampai kapan habitat asli kembali
Semula

Ajibarang, 14 Maret 2017





Ngarai Di Balik Bukit 2
Oleh : Imam Burhanuddin

Dua dekade sebelumnya
Ngarai di balik bukit
Terkenal wingit dan sepi
Para kyai dan santri dijadikan pasukan
Pembuka jalan
Akses menuju ngarai di balik bukit
Di ketinggian 1926 meter di atas permukaan air laut
Yang tak begitu terjal
Bahkan tak seterjal eskalator
Sebuah mall itu
Sehingga semua mudah  mengaksesnya
Tak terkecuali penggembala sapi dan kambing

Ajibarang, 16 Maret 2017





















Ngarai Di Balik Bukit 3
Oleh : Imam Burhanuddin             

Dua dekade sesudahnya
Para kyai dan santri kadang masih dimintai petuah
Dan doanya
Dengan syarat tidak mendekat
Ngarai di balik bukit
Di ketinggian 1926 meter di atas  permukaan air laut
Yang tak  begitu terjal
Bahkan tak seterjal eskalator
Sebuah mall itu
Tak lagi wingit dan sepi
Petuah dan doa hanya diperlukan
Saat para penggembala susah mengaksesnya
Tidak di saat melimpahnya berkat dan nikmat
Terhampar di tengah penggembala


Ajibarang, 16 Maret 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.