SETAN NGIBING
tak lagi kudengar
teriakan si mbok
kesal pada anaknya
bermain di kali tengah hari
atau pematang sawah
sehabis panen padi
si mbok tak lagi meneriakkan
“awas ada setan ngibing”
pada anaknya kini
tuntutan keluarga
mengharuskan terlibat langsung
roda ekonomi
membantu usaha suami
sejauh ini tak pernah menaikkan gengsi
pabrik pabrik mengganti status sawah
kali kali tercemar limba
anak anak cukup bermain di rumah
televisi banyak menyita perhatian
menyajikan iklan dan hiburan
melelapkan sampai ke alam impian
si mbok tak lagi peduli
anak anaknya kini bermain
dengan yang dulu ditakuti
di depan mata kerapkali
setan ngibing menari nari
15 September 1993
PINTU TERAHIR
aku harap ini ketukan terahir
di pintumu
rona merah telah memanggang mukaku
tobatku selama ini
sekedar tangis bocah
lari dari jeweran ibu
ketukan terahir di pintumu
mengurangi beban beban doa sembahyang
menumpuk memanjang
dari tempat sujud
sampai pelacuran
16 September 1993
AHIRNYA HANYA DIAM
bermula dari kata
lalu senapan dan darah
menggantikannya
kemudian kembali lagi ke kata
tapi kata terintervensi
oleh kemauan durjana
membusukkan hati
menghitamkan darah manusia
ahirnya paling cuma diam
tahu maksud sebenarnya
18 Oktober 1993
KACANG
kacang wetan kacang kulon
sama sama barang dagangan
dijajakan di pinggir pinggir jalan
di tempat tempat keramaian
beda kacang kulon
penjaja di dorong dorong
kacang wetan
penjual mendorong dorong
karena pakai gerobak dorongan
memang, kacang enak
dan gurih untuk di makan
18 September 1993
KUE PEMBANGUNAN
kue pembangunan makin marak
sampai ada festival kue bertingkat tingkat
tapi kenapa penyimpangan
masih sering tampak merakyat
demi rasa toleran saja
luka dibungkus kata kata
atau perabot dijadika juru bicara
biar tidak dikatakan borok pembangunan
meski semua itu harus dibayar
denga ketidak jujuran
lalu sampai kapankah kami bedaki
muka yang bopengan
sementara kosmetika
semakin hari semakin mahal
31 Agustus 1993
FATAMORGANA
tenggelam dalam riak gelombang
buih kehidupan terus menekan
membuat nafas kelagapan
lari semakin cepat
semakin terasa dikejar jejar
tersengal sengal
tanpa ada tanda
tempat berhenti berangan
rerindang pohon di hadapan
hanyalah fatamorgana
di padang gersang
27 November 1993
LEPAS
aku ingin terbang
meski tak setinggi awan
bebas lepas
tanpa hasrat terpangkas
Juli 1993
WAJAH
membaca guratan wajah
aneka makna terpampang di sana
bisa kujadikan kaca
tak segan segan
mengingatkan dusta dusta meraga
begitu jujur dan polos
mengatakan siapa ia sebenarnya
Cilandak, 10 Juli 1993
INTROPEKSI
aku yakin kau dengar
jerit pintaku yang mengawang
desah hatipun kau kenal
lakuku saja
masih perlu ditatar
Cilandak, 9 Juli 1993
NYANYIAN BEBEK
- new horison
mana ada bebek jogja
jalan sendiri
om tarji
tak perlu tanya kenapa
jika bebek bebek jakarta
jalan sendiri sendiri
om tarji tahu pasti kenapa
bebek bebek jakarta
bila jalan beriringan
akan berebut laba
Agustus 1993
BOSAN
aku bosan
jenuh
hidup dalam bayangan
tergantung
pada yang dipertuan
Juli 1993
TEGAK LURUS SEIRING KEBAJIKAN
kucoba berfikir
tentang diri yang terkapar
diantara buih kehidupan
meski langkah kupastikan
tegak lurus
seiring kebajikan
namun hanya semu
di tengah kehidupan yang semakin ragu
Agustus 1993
CATATAN BIRU LANGITMU
langit cerah
di birunya aku pernah
goreskan warna warna indah
walau ahirnya
hanya kelam yang tersisa
Agustus 1993
BUAT KAMU DI SURGA
nanti setelah kamu di surga
jangan lupa ucapkan doa terima kasi
buat yang di neraka
karena mereka
kamu bahagia di sana
14 Mei 1988
KABAR DARI DEPOK
aku dengar kabar sekarang
jauh beda dengtan di salemba
begitu dimitoskan orang
tak sampaikah angin pinggiran
ke tempat yang kini asri dan nyaman
dan lagi kudengar
idealisme lama tersimpan
di balik meja diskotik dan bar
deselengkangan rok juga rock metal
di etalase etalase swalayan
di lantai lantai hotel berbintang
kemacetan hanya sampai di meja perdebatan
kemiskinan hanya dijadikan ajang penelitian
sebagai tanda prihatin
cukup disampaikan di bangku bangku seminar
lalu dimana yang konon katanya corong rakyat
kepanjangan tangan kaum melarat
itulah yang kudengar sekarang
semoga hanya sekedar kabar
1Agustus 1993
PARTO KESURUPAN
dengan mengacungkan sebilah papan
selaksa seorang demonstran
parto kesurupan menggugat tuhan
“buat apa membangun masjid
bak istana seribu satu malam
sementara kelaparan
di depan mata mengangkang
“romadlon ya romadlon
apa arti puasamu
kalau hanya dijadikan nisan di pusaramu
aku lelah aku capai
kerja banting tulang
setiap kali menenggak peluh di badan
tuhan aku lelah dan capai
tapi keluarga perlu makan
semestinya kelaparan taju keadaan”
parto kesurupan loyo mendekap sebilah papan
bertuliskan, “apa arti puasaMu tuhan
hapuskan ketentuan yang kini sekedar seremonial
dengan mengacungkan sebilah papan
selaksa seorang demonstran
parto kesurupan menggugat tuhan
30 Agustus 1993
PERAMBAH HUTAN
perambah hutan masuk belantara kota
bangunan kuno dipenggal
cagar budaya dijadikan plaza
kantong kantong kemiskinan disulap
penghuninya lenyap
mendadak muncul memenuhi jalan raya
ini bukan pentas kemiskinan
ini adalah bagaia slogan yang dicanangkan
pembangunan diperlukan pengorbanan
di mata dunia
dibangunnya kondomonium dan plaza
menandakan pembangunan kita jaya
jayalah orang orang kaya
nungsep nungseplah yang miskin
ke dasar neraka
pasar pasar tradisional terbakar
tak lama muncul sebuah plaza
menawarkan benih benih ketegangan
jurang kaya miskin menganga lebar
rerambah hutan merambah belantara kota
sebagai suku terasing
menampakkan watak aslinya
dengan kesombongan dan keangkuhannya
ia bayar siapa saja
mengawal ambisi angkara murka
lalu ditanamnya kembali beton beton
di sisa sisa rumah karton
orang orang tak lagi mampu menjerit
tengadah memandang gedung gedung
menohok langit
tatap nanar orang orang tak mampu berkelit
menusuk
jantung tuhanpun terasa sakit
7 November 1993
POTRET PASAR MINGGU DINI HARI
dengan sisa mimpi yang terpenggal
orang ramai mulai berdatangan
dalam sebuah mikrolet menyambung tidur
sepanjang jalan ke pasar minggu
kantuk juga menggelayuti pedagang
sewaktu manata sayuran
bersama pelukan kehangatan nasi goreng
menunggu pagi masih panjang
dinginpun tak lagi mencengkeram
dagangan berserakan menelan seiris jalan
penjual menanti calon pembeli
mimpipun didulang kembali
rukmini bersama sisa sisa keyakinannya
yang bulat sebulat telurnya
tinggalkan bangku sekolah
berharap dengan membantu si mbok
akan tampak lebih jelas masa depannya
selagi uang masih jadi panglima
siap menindas tanggul tanggul
oersoalan di muka
pendidikan bukan harga mati
menjadikan manusia lebih berbudaya
jika pendidikan tetap saja
hilang nilai dasanya
uang dan martabat dikir keseharian manusia
dengan semua itu segala pintu akan terbuka
amat tertidur pulas di gerobak
selalu siap bila ada yang memerlukan jasanya
tak gamang menghadapi masa depan
meski pendidikan tak sampai sekolah dasar
tak canggung lakoni hidup
meski sekedar melayani pelanggan
selama ini dijadikan tempat
menggantungkan angan
pasar minggu dini hari
tempat mengais sekian mimpi
dipinggiran ibu kota yang tak pernah mati
Agudtus 1993
KESAKSIAN
- Q.S 103
syahadatku pada matahari terbenam
setelah kesaksianku pada botol botol bercucuran
tangkai tangkai ditinggalkan kembang
kecuali burung burung bersayap malaikat
mengawini syahwat
menstubuhi lintah darat
menjelma nabi nabi
memboyong matahri
pada kepekatan nurani
juga yang bertukar pantun rembulan
dan bagaimana menyikapi keabadian
29 Agustus 1994
REMBULAN
rembulan itu cuma bisa kupandang
sekarang
keinginan untuk meraihnya
kuurungkan
aku bukan lagi anak kecil
di terang bulan
mengharap jadi miliknya
biar purnama setia datang
setiap malam
ditulis kembali, 29 Agustus 1994
KEMARAU
mata merah
meneteskan darah
8 Agustus 1994
PASAR
lihat dik pasar itu
kini menjadi tempat mereka pulang
sedang setiap sore masih terlihat
kuntul kuntul berbaris balik ke kandang
meski rumahnya sejauh hembusan awan
kepaknya melenggangkan kedamaian
walau tak lagi terdengar
igauan bocah menanti bulan
mendendangkan nyanyian
sing disit dadi ratu
sing keri tetek gulune
membuat barisan berantakan
mempercepat laju kepakan
seakan kuatir ada yang hilang
di sudut malam
dik lihat
karena takut leher kehidupan terpenggal
warna warni isi kepala
memenuhi langit langit pasar
12 Agustus 1994
PENGANTIN BOCAH
dipetiknya setangkai bulan
sebentar ditimang timang
mengusir keraguan
lalu dibawa ke ranjang
menemani mimpi yang ia renda di pelaminan
bocahpun tertidur
dengan rembulan di pelukan
pagi datang
semarak dengan langkah langkah kaki
mengejar sesuap angan
bocah tersentak bangun
bulan hilang dari pelukan
lama baru ia sadar
hidup tak hanya malam
dan rembulan
tapi juga matahari
dan siang yang lebih dulu harus ia kenal
29 Juli 1994
QORUN
qorun pergi ke sebuah bukit di malang
di sinai musa merestui permohonannya
berbekal kepercayaan dan secarik kertas
dari sang penguasa ia kangkangi jakarta
dari real estate satu ke real estate lain
dari apartemen satu ke apartemen lain
dari singgasana hotel satu ke singgasana
hotel lain
semua menyatu dalam genggamannya
di bawah satu anggukan kepala
ia lupa pesan musa
kemudian sebagaimana orang sukses
ia ekspos juga outobiografi pada sebuah media
massa
dalam peluncuran buku perdana
dengan pongah mengatakan semua itu
hasil jerih payahnya
tetes demi tetes keringat telah membalut
duka di masa muda
saat ini qorun dengan mudah
kapan saja akan terbang ke pelosok
dunia melihat anak perusahaannya
suatu hari kubaca berita di koran
qorun ke philipma bersamaan waktu
meletusnya gunung phinotubo
yang menelan banyak jiwa manusia
walau aku tak membaca qorun dan anak perusahaannya ditelan bumi
karena bencana yang telah mengibarkan
bendera duka philipina
tapi tampak jelas foto almarhum
dan sekian banyak ucapan belasungkawa
sesama penguasa terpampang di samping
kolom berita
2 September 1994
BERINGIN
ini cerita sejarah
perihal negara
mencoba hidup dalam negara
mega proyek menelan banyak dana
seperti benalu menyerap pohon induknya
membawahi semua media massa
karena merasa paling berkuasa
sehingga tak ada lagi pilihan bagi rakyatnya
ini hanya sebuah cerita
tentang pohon beringin
mencoba hidup di pohon kelapa
22 September 1994
MEMANGGANG MATAHARI DI ATAS LILIN
biarkan aku dengan caraku
menghitam putihkan isi kepala
pakai warna biru
melukis mimpi yang kukais
diantara ombak di atas pasir
memanggang matahari di atas lilin
karena dari situ kudapatkan
kehangatan tidur malamku
3 September 1994
NENEK
nenek menanak nasi buat kakek
sudah berabad di bulan
sedang mentari masih begitu panjang
pintu pintu terkunci
jam jam berlari
merambati dinding mengitari hari hari
nenek terus saja menanak nasi
sambil berharap esok atau lusa
menyusul yang lebih dulu pergi
7 September 1994
AKU PERNAH MENJENGUKMU
Tuhan
aku pernah menjengukmu
waktu kau sakit
sewaktu temanku sakit
di rumah sakit
atau di rumah teman
ketika anaknya demam
aku pernah memberimu makan
saat kau kelaparan
di pasar bersama sekian banyak orang
menengadahkan tangan
atau di rumah sebelah
korban perkawinan yang pecah
Tuhan sering aku menjengukmu
tapi kau tak pernah mengajakku
bermalam di rumah
berbicara tentang hikmah
aku juga sering memberimu makan
tapi kau tak pernah memberiku
seteguk air kesejukan
di kala terik kehausan
21 September 1994
DOA SEPASANG REMBULAN
walau laut begitu luas
tapi jangan membuatmu ragu
untuk mencoba menyeberang
jangan khawatir dik
mari bersama arungi samudra
berbiduk keyakinan
ijasah slta dijadika layar
kesederhanaan jadikan bekal
pasti sampai juga ke dermaga seberang
20 september 1994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.