Kamis, 13 Februari 2025

"Memerangi Musuh Allah"


MT Al Bina Pancasan

 

Banyu Bening, Ajibarang (03/08/2012) – Pada malam ketiga belas Ramadan 1433 H (1 Agustus 2012), Ustadz Imam Subhi menyampaikan kultum (kuliah tujuh menit) setelah sholat Tarawih dengan tema "Memerangi Musuh Allah".

Puasa adalah salah satu cara untuk memerangi musuh Allah, yaitu setan. Setan selalu berusaha menggoda manusia melalui syahwat, dan syahwat ini semakin kuat ketika kita banyak makan dan minum. Oleh karena itu, puasa menjadi sarana untuk melemahkan syahwat dengan mengurangi asupan makanan dan minuman.

 

Puasa dan Penciptaan Akal serta Nafsu

Puasa disyariatkan oleh Allah SWT karena Allah menciptakan akal dan nafsu sebagai dua entitas yang berbeda.

  1. Akal:
    Ketika Allah memerintahkan akal untuk datang, akal pun datang. Ketika diperintahkan untuk pergi, akal pun pergi. Saat Allah bertanya, “Siapa kamu dan siapakah Aku?” Akal menjawab, “Engkau adalah Tuhanku, dan aku adalah hamba-Mu yang lemah.”
    Mendengar jawaban ini, Allah berfirman, “Aku tidak menciptakan sesuatu yang lebih mulia daripada kamu.”
  2. Nafsu:
    Allah juga menciptakan nafsu. Namun, ketika diperintahkan untuk datang, nafsu tidak merespons. Saat Allah bertanya, “Siapa kamu dan siapakah Aku?” Nafsu menjawab, “Kamu adalah Kamu, dan aku adalah aku.”
    Karena jawaban ini, Allah melemparkan nafsu ke Neraka Jahanam selama 100 tahun. Setelah itu, Allah mengulangi pertanyaan yang sama, tetapi nafsu tetap menjawab dengan jawaban yang sama.
    Allah kemudian menyiksa nafsu dengan rasa lapar selama 100 tahun. Baru setelah itu, nafsu akhirnya mengakui, “Engkau adalah Tuhanku, dan aku adalah hamba-Mu.”

 

Hikmah Puasa

Berdasarkan kisah ini, Allah mewajibkan puasa kepada manusia untuk mengendalikan nafsu. Puasa melatih kita untuk menahan diri dari syahwat, termasuk makan dan minum yang berlebihan, sehingga kita dapat lebih dekat kepada Allah dan terhindar dari godaan setan.

 

Analisis Artikel

  1. Konteks dan Tujuan:
    Artikel ini membahas pentingnya puasa sebagai sarana untuk memerangi musuh Allah, yaitu setan, dan mengendalikan nafsu. Tujuannya adalah mengingatkan umat Islam tentang hikmah di balik ibadah puasa.
  2. Nilai-Nilai yang Disampaikan:
    • Puasa sebagai Perlawanan terhadap Setan: Puasa melemahkan syahwat, yang menjadi alat utama setan untuk menggoda manusia.
    • Peran Akal dan Nafsu: Akal tunduk kepada Allah, sedangkan nafsu cenderung memberontak. Puasa membantu manusia mengendalikan nafsu dan mendekatkan diri kepada Allah.
    • Ketaatan kepada Allah: Kisah akal dan nafsu mengajarkan pentingnya ketaatan dan pengakuan terhadap kekuasaan Allah.
  3. Relevansi dengan Kehidupan Modern:
    Di era modern, godaan syahwat semakin kuat, baik melalui makanan, minuman, maupun hal-hal duniawi lainnya. Puasa menjadi sarana untuk melatih disiplin diri dan mengendalikan keinginan yang berlebihan.
  4. Saran untuk Perbaikan:
    • Penjelasan tentang bagaimana puasa dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam menghadapi tantangan modern, dapat ditambahkan.
    • Contoh praktis tentang cara mengendalikan nafsu melalui puasa dapat memberikan inspirasi lebih kepada pembaca.

 

Kesimpulan

Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga sarana untuk memerangi musuh Allah, yaitu setan, dan mengendalikan nafsu. Dengan berpuasa, kita melatih diri untuk lebih taat kepada Allah dan menjauhi godaan syahwat. Semoga puasa kita diterima oleh Allah SWT dan membawa keberkahan dalam hidup.

 

"Ketika Allah Melihat dengan Rahmat-Nya"

 


MT Al Bina Pancasan


Banyu Bening, Ajibarang (31/07/2012) – Pada Senin malam, 30 Juli 2012, atau malam ke-11 Ramadan 1433 H, Ustadz Imam Subhi menyampaikan kajian dari kitab Durrotunnasihin. Kajian kali ini mengangkat tema "Ketika Allah Melihat dengan Rahmat-Nya".

Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa ada lima keutamaan yang Allah SWT berikan kepada umat-Nya di bulan Ramadan:

  1. Pandangan Kasih Sayang Allah
    Pada malam pertama bulan Ramadan, Allah SWT melihat umat-Nya dengan pandangan penuh kasih sayang (rahmat). Siapa pun yang dilihat Allah dengan rahmat-Nya, maka Allah tidak akan menyiksa mereka selamanya.

  2. Doa Para Malaikat
    Allah memerintahkan para malaikat untuk memohonkan ampunan bagi umat-Nya yang beribadah di bulan Ramadan.

  3. Bau Mulut yang Harum
    Bau mulut orang yang berpuasa, meskipun secara fisik mungkin tidak sedap, di sisi Allah lebih harum daripada minyak kasturi.

  4. Surga Berhias Menyambut Umat Beriman
    Allah memerintahkan surga untuk berhias dan bersiap menyambut orang-orang beriman. Allah berfirman, “Berbahagialah orang-orang mukmin, karena mereka adalah kekasih-Ku.”

  5. Pengampunan Dosa
    Allah SWT mengampuni semua dosa umat-Nya yang beribadah dengan ikhlas di bulan Ramadan.


Analisis Artikel

  1. Konteks dan Tujuan:
    Artikel ini membahas keutamaan bulan Ramadan, khususnya rahmat dan kasih sayang Allah SWT yang diberikan kepada umat-Nya. Tujuannya adalah mengingatkan pembaca tentang kemuliaan bulan Ramadan dan mendorong mereka untuk memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.

  2. Nilai-Nilai yang Disampaikan:

    • Rahmat Allah: Pandangan kasih sayang Allah di malam pertama Ramadan menunjukkan betapa besar cinta-Nya kepada hamba-Nya.

    • Doa Malaikat: Dukungan spiritual dari para malaikat yang memohonkan ampunan bagi umat beriman.

    • Keistimewaan Ibadah Puasa: Bau mulut orang yang berpuasa dianggap lebih harum daripada minyak kasturi di sisi Allah.

    • Janji Surga: Surga disiapkan untuk menyambut orang-orang beriman yang beribadah dengan ikhlas.

    • Pengampunan Dosa: Ramadan adalah waktu yang tepat untuk memohon ampunan dan membersihkan diri dari dosa.

  3. Relevansi dengan Kehidupan Modern:
    Artikel ini relevan dalam konteks spiritualitas dan penguatan iman, terutama di tengah kesibukan dunia modern. Ramadan menjadi momen untuk introspeksi diri, meningkatkan ibadah, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

  4. Saran untuk Perbaikan:

    • Penjelasan tentang makna "pandangan kasih sayang Allah" dapat diperdalam dengan merujuk pada ayat Al-Qur'an atau hadis lain.

    • Kisah atau contoh konkret tentang bagaimana umat Islam memanfaatkan Ramadan dapat ditambahkan untuk memberikan inspirasi praktis.


Kesimpulan

Bulan Ramadan adalah waktu yang penuh rahmat dan kasih sayang Allah SWT. Dengan memahami keutamaan-keutamaan ini, kita dapat lebih bersemangat dalam beribadah, memohon ampunan, dan mendekatkan diri kepada-Nya. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mendapat rahmat Allah dan meraih keberkahan Ramadan.


Keutamaan Ilmu

 

Keutamaan Ilmu (1)

 

MT Al Bina Pancasan (07/08/2011) – Seperti biasa, jamaah Tarawih Majelis Ta’lim Al Bina Pancasan mengikuti kuliah tujuh menit (kultum) setelah melaksanakan sholat Tarawih dan Witir. Pada malam ketujuh belas, Ustadz Imam Subhi menyampaikan sebuah hadis tentang keutamaan ilmu.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radliyallahu’anhuma, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Suatu ketika, Nabi Sulaiman AS diperintahkan oleh Allah SWT untuk memilih antara ilmu dan kekuasaan (kerajaan). Namun, Nabi Sulaiman lebih memilih ilmu daripada kekuasaan. Akhirnya, Allah SWT memberikan ilmu kepada Nabi Sulaiman AS, dan sebagai tambahan, Allah juga memberinya kekuasaan (kerajaan).”

 

Makna Ilmu dalam Tiga Huruf

Menurut ahli hikmah, kata ilmu terdiri dari tiga huruf: ‘AinLam, dan Mim.

  1. ‘Ain berasal dari kata ‘Illiyyin (kemuliaan).
    Artinya, orang yang memiliki ilmu akan mencapai kemuliaan.
  2. Lam berasal dari kata Lutfi (kelembutan).
    Artinya, dengan menguasai ilmu, seseorang akan menjadi lemah lembut.
  3. Mim berasal dari kata Mulki (kekuasaan).
    Artinya, orang yang berilmu akan memiliki kemampuan untuk menguasai makhluk lain.

Dengan demikian, ilmu membawa seseorang kepada kemuliaan, kelembutan, dan kekuasaan.

 

Keutamaan Ilmu (2)

Pada malam kedelapan belas, Ustadz Imam Subhi melanjutkan kajian tentang keutamaan ilmu. Beliau menceritakan sebuah kisah tentang Nabi Muhammad SAW dan setan.

Suatu ketika, Nabi Muhammad SAW pergi ke masjid. Sesampainya di depan pintu masjid, beliau melihat setan mondar-mandir dalam keadaan kebingungan. Nabi pun mendekati setan dan bertanya,
“Hai setan, sedang apa kamu? Biasanya kamu senang menggoda orang yang sedang sholat.”

Satan menjawab,
“Benar, aku senang menggoda orang yang sholat, terutama mereka yang sholat tanpa dasar ilmu. Namun, kali ini aku tidak berani masuk ke masjid karena di samping orang yang sholat itu ada seorang ‘alim (orang berilmu) yang sedang tidur. Aku takut jika aku menggoda dan orang itu melakukan kesalahan, sang ‘alim akan mengetahuinya.”

Dari kisah ini, dapat disimpulkan bahwa orang yang berilmu (‘alim) memiliki derajat yang lebih tinggi, bahkan lebih ditakuti setan daripada orang yang sholat tanpa ilmu. Setan pun takut kepada orang yang berilmu, meskipun orang tersebut sedang tidur.

 

Tips Agar Tidak Mudah Lupa

Ustadz Imam Subhi juga membagikan beberapa tips agar kita tidak mudah lupa, berdasarkan kitab Durrotunnasikhin (Shokhifah 16):

  1. Sholat malam, meskipun hanya dua rakaat.
  2. Melanggengkan wudhu (Dawamul Wudhu).
  3. Takut kepada Allah dalam keadaan sepi maupun ramai (Taqwa).
  4. Makan karena taqwa, bukan karena syahwat.
  5. Memakai siwak (kayu siwak untuk membersihkan gigi).

Analisis Artikel

  1. Konteks dan Tujuan:
    Artikel ini membahas keutamaan ilmu dalam perspektif Islam, dengan merujuk pada kisah Nabi Sulaiman AS dan Nabi Muhammad SAW. Tujuannya adalah menginspirasi pembaca untuk mengejar ilmu dan memahami nilai-nilai spiritual yang terkait dengannya.
  2. Nilai-Nilai yang Disampaikan:
    • Ilmu sebagai pilihan utama: Kisah Nabi Sulaiman AS menunjukkan bahwa ilmu lebih penting daripada kekuasaan.
    • Kedudukan orang berilmu: Kisah Nabi Muhammad SAW dan setan menegaskan bahwa orang berilmu (‘alim) memiliki derajat yang tinggi dan ditakuti oleh setan.
    • Praktik spiritual: Tips agar tidak mudah lupa menggabungkan antara ibadah, kebersihan, dan ketakwaan.
  3. Relevansi dengan Kehidupan Modern:
    Artikel ini relevan dalam konteks pendidikan dan pengembangan diri. Ilmu tidak hanya tentang pengetahuan duniawi, tetapi juga tentang spiritualitas dan akhlak.
  4. Saran untuk Perbaikan:
    • Penjelasan tentang makna huruf ‘Ain, Lam, dan Mim dapat diperdalam dengan contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari.
    • Kisah Nabi Sulaiman AS dan Nabi Muhammad SAW dapat dikaitkan dengan tantangan modern, seperti pentingnya ilmu dalam menghadapi masalah global.

 

Kesimpulan

Ilmu memiliki keutamaan yang sangat tinggi dalam Islam. Tidak hanya membawa kemuliaan, kelembutan, dan kekuasaan, ilmu juga menjadi senjata untuk melawan godaan setan. Dengan mengejar ilmu dan mengamalkan nilai-nilai spiritual, kita dapat mencapai derajat yang tinggi di hadapan Allah SWT.

Minggu, 09 Februari 2025

Sedekah Sirr: Kekuatan yang Melebihi Segala Kekuatan Dunia

 

MT Al-Bina Pancasan

 

Banyu Bening Ajibarang, (16/08/2012) – Pada malam ke-27 Ramadan 1433 H, Ustadz Imam Subhi, dalam kultum ba’da tarawih di Majelis Taklim Al-Bina Pancasan, menyampaikan sebuah hadis yang mengisahkan tentang dahsyatnya sedekah sirr (sedekah secara rahasia). Sedekah sirr disebutkan mampu mengalahkan segala kekuatan yang ada di dunia ini.

 

Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a., Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Ketika Allah SWT menciptakan bumi, bumi terus bergetar dan tidak berhenti. Lalu Allah menciptakan gunung dan menancapkannya di atas bumi, sehingga bumi pun menjadi tenang. Malaikat pun terkagum-kagum melihat kejadian itu. Kemudian, Malaikat bertanya, ‘Ya Rabbi, wahai Tuhanku, adakah makhluk yang lebih kuat daripada gunung?’ Allah menjawab, ‘Ya, ada. Yaitu besi.’ Malaikat bertanya lagi, ‘Adakah yang lebih kuat daripada besi?’ Allah menjawab, ‘Ya, ada. Yaitu api.’ Malaikat kembali bertanya, ‘Adakah yang lebih kuat daripada api?’ Allah menjawab, ‘Ya, ada. Yaitu air.’ Malaikat bertanya lagi, ‘Adakah yang lebih kuat daripada air?’ Allah menjawab, ‘Ya, ada. Yaitu angin.’ Malaikat melanjutkan pertanyaannya, ‘Adakah yang lebih kuat daripada angin?’ Allah menjawab, ‘Ya, ada. Yaitu manusia yang bersedekah dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya tidak mengetahuinya (sedekah sirr). Manusia yang demikian itu lebih kuat daripada angin.’”

 

Allah SWT telah menegaskan bahwa sedekah sirr (sedekah yang dilakukan secara rahasia) memiliki kekuatan yang mampu mengalahkan segala kekuatan di dunia ini.

 

Fenomena ini telah menarik perhatian banyak ulama. Mereka banyak melakukan sedekah sirr dengan berbagai cara. Ada yang memberikan sedekah kepada orang buta, memberikan uang kepada fakir miskin yang sedang tidur, atau bahkan menyebar uang di jalan yang akan dilalui oleh orang-orang fakir.

 

Sedekah sirr pada dasarnya adalah pemberian barang atau uang kepada orang yang membutuhkan dengan memenuhi beberapa syarat, yaitu:

 

  1. Sedekah dilakukan secara rahasia (sirr).
  2. Sedekah tidak disertai dengan publikasi dan tidak menyakiti hati orang yang menerimanya.
  3. Barang atau harta yang diberikan adalah yang terbaik dan paling disukai oleh pemberi, bukan barang yang sudah tidak bagus atau tidak disukai lagi.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
“Sesungguhnya Allah itu Dzat Yang Maha Baik, dan Dia tidak menerima kecuali sesuatu yang baik.”

Melalui sedekah sirr, kita tidak hanya membantu sesama, tetapi juga menguatkan ikatan sosial dan spiritual. Sedekah sirr mengajarkan kita untuk ikhlas dalam berbuat kebaikan, tanpa mengharap pujian atau pengakuan dari manusia. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari kisah ini dan mengamalkan sedekah sirr dalam kehidupan sehari-hari.

 

(Durrotunnasikhin, Shokhifah 24/abah-arul.blogspot.com)